Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa keadaan ekonomi global hingga saat ini ternyata sedikit lebih baik daripada yang diantisipasi.
Pada acara Penyerahan Insentif Fiskal Kategori Kinerja Pengendalian Inflasi di Daerah Periode I 2023, yang diikuti secara virtual di Jakarta, pada hari Senin, dia menyatakan bahwa banyak negara diprediksi akan mengalami resesi. Namun, situasinya saat ini lebih baik daripada perkiraan sebelumnya.
Selain itu, Sri Mulyani menyatakan bahwa prediksi pertumbuhan volume perdagangan global pada tahun 2023 masih menjadi yang terendah, hanya 2,0%. Ini lebih rendah dari pertumbuhan 5,22% pada tahun 2022 dan 10,7% pada tahun 2021.
Ungkapnya, “Dalam kondisi di mana perdagangan antar negara tidak berjalan lancar, akan ada negara-negara yang kekurangan barang atau jasa, yang kemudian menyebabkan kenaikan harga. Inilah yang menyebabkan disrupsi dalam pasokan, perdagangan, dan distribusi, yang berdampak pada tingkat inflasi.”
Inflasi global pada tahun 2022 mengalami kenaikan yang luar biasa, mencapai 8,7% dari sekitar 0%. Beberapa negara maju bahkan mengalami deflasi, yang kemudian meningkat menjadi 7,3%.
Sri Mulyani menyatakan bahwa penurunan produksi akan diikuti oleh penurunan permintaan. Mayoritas negara, termasuk Amerika Serikat (AS), Eropa, Jerman, Perancis, Inggris, Korea Selatan, Malaysia, dan Vietnam, mengalami kontraksi pada sektor manufaktur, menurut indikator Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur per Juni 2023.
Namun, Sri Mulyani menyebutkan bahwa sekitar 14,3 persen negara-negara, termasuk Indonesia, bersama dengan Turki dan Meksiko, mengalami ekspansi dan akselerasi ekonomi, akibat pelemahan ekonomi global.