Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, menegaskan bahwa Lintas Raya Terpadu (LRT), atau kereta api ringan, adalah langkah modernisasi transportasi publik yang didukung oleh teknologi canggih.
Dalam acara Peresmian LRT Jabodebek yang disiarkan daring dari Stasiun Cawang, Jakarta, dia menyatakan bahwa ini merupakan pencapaian besar dalam pembangunan sektor transportasi yang semakin maju.
Budi menyoroti bahwa modernisasi transportasi perkotaan, termasuk Moda Raya Terpadu (MRT), LRT, dan Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB), berhasil terwujud berkat kepemimpinan dan keberanian Presiden Joko Widodo.
LRT Jabodebek merupakan upaya pemerintah untuk menciptakan transportasi ramah lingkungan dan aman, serta memberikan pelayanan unggul kepada masyarakat. Transportasi ini terintegrasi dengan moda transportasi lain di Jakarta dan sekitarnya, seperti KRL Commuter Line, Transjakarta, MRT, dan JakLingko.
Budi berharap bahwa konsep ini akan menjadi model pengembangan transportasi di Indonesia.
LRT Jabodebek dioperasikan dengan 18 stasiun, termasuk Dukuh Atas, Setiabudi, Rasuna Said, Kuningan, Pancoran, Cawang, TMII, Kampung Rambutan, Harjamukti, dan lainnya.
Selama bulan pertama, tarif LRT Jabodebek yang dioperasikan oleh PT Industri Kereta Api (INKA) ditetapkan sebesar Rp5.000 untuk seluruh rute.
Setelah periode tarif flat selesai pada September 2023, tarif akan bervariasi dengan maksimal Rp20.000 untuk jarak terjauh dan di bawah Rp20.000 untuk jarak lainnya. Skema tarif ini berlaku dari awal Oktober 2023 hingga akhir Februari 2024.
Tarif LRT Jabodebek telah ditetapkan oleh Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KM 67 Tahun 2023 tentang Tarif Angkutan Orang dengan Kereta Api Ringan Terintegrasi di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi untuk Melaksanakan Kewajiban Pelayanan Publik.
Menurut peraturan ini, tarif dasar LRT Jabodebek dimulai dari Rp5.000 untuk 1 km pertama, dengan penambahan Rp700 per km berikutnya.