Menteri Pertanian Mengusulkan Tambahan Anggaran Rp5,83 Triliun untuk Peningkatan Produksi Padi dan Jagung
Anggaran Belanja Tambahan (ABT) Tahun Anggaran 2023 Diminta Persetujuan Komisi IV DPR RI oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.
Anggaran Belanja Tambahan (ABT) Tahun Anggaran 2023 senilai Rp5,83 triliun diminta oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman kepada anggota Komisi IV DPR RI. Anggaran tersebut diusulkan untuk mempercepat produksi jagung dan padi.
Menteri Amran menyatakan dalam Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR RI di Gedung DPR, Jakarta, Senin, bahwa usulan ABT sebesar Rp5,8 triliun akan digunakan untuk mempercepat tanam dan meningkatkan produksi jagung dan padi. Penggunaan dana ini mencakup pembelian benih, alsintan, pupuk, pestisida, optimalisasi lahan rawa, insentif untuk karyawan lapangan, dan instruksi teknis.
Surat dari Menteri Pertanian telah dikirim ke Kementerian Keuangan pada tanggal 6 November 2023 untuk mengajukan ABT. Meskipun demikian, hasil konsultasi dengan Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa hanya sebagian dari dana yang kemungkinan besar dapat digunakan sebelum akhir tahun 2023. Untuk menjaga keberlanjutan kegiatan pada 2024, Kementan disarankan untuk memprioritaskan anggaran reguler Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2024.
Anggaran ABT sebesar Rp5,83 triliun akan diberikan kepada Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, dengan Rp3,1 triliun dialokasikan untuk membeli alsintan pasca panen, optimalisasi lahan rawa, dan pupuk dan pestisida. Ditjen Tanaman Pangan, di sisi lain, akan menerima anggaran terbesar sebesar Rp2,5 triliun untuk membeli benih jagung hibrida, saprodi jagung hibrida, benih padi, dan alsintan pascapanen.
Menteri Amran menekankan bahwa pertanian saat ini menghadapi banyak masalah rumit, termasuk El Niño, konflik geopolitik yang mengganggu distribusi makanan, dan restriksi ekspor dari negara produsen makanan. Harga pangan yang mahal dapat menyebabkan krisis pangan global di tengah permintaan pangan yang meningkat setelah pandemi COVID-19. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, produksi pangan, terutama beras dan jagung, harus ditingkatkan dengan cepat. Produksi beras nasional diproyeksikan menurun menjadi 30 juta ton pada tahun 2023, yang akan mendorong impor beras sebanyak 3,5 juta ton untuk kebutuhan pemerintah.