Optimisme Perempuan dalam Peran Ganda sebagai Ibu dan Pemimpin
Perjuangan R.A. Kartini telah menghasilkan pencapaian yang manis, dengan mayoritas kaum perempuan sekarang memiliki akses pendidikan dasar bahkan hingga perguruan tinggi dari berbagai tingkatan. Namun, perjuangan ini tidak boleh berhenti di situ. Ada tantangan lain yang harus dihadapi oleh kaum “Ibu Kita Kartini”, yaitu menghapus stigma perempuan sebagai strata kedua di masyarakat.
Sebuah seruan dari aktivis perempuan berdarah India, Kavita Ramdas, dalam bukunya berjudul “Women Who Light The Dark”, menggambarkan kebutuhan akan perempuan yang kuat namun lembut, berpendidikan namun rendah hati, berani namun berbelas kasih, semangat namun rasional, dan disiplin namun bebas.
Kini, kaum perempuan harus mengemban peran ganda, dari menjadi anak, istri, ibu, menantu, hingga pemimpin di tempat kerja, demi mengaktualisasikan dan memberdayakan diri. Mereka harus menghadapi tantangan waktu dan tenaga, seringkali disertai perlakuan sebelah mata.
Tidak ada seorang pun perempuan yang tidak merasakan beratnya memegang peran ganda, bahkan seorang menteri sekalipun. Tri Rismaharini, seorang menteri yang mengalami perjuangan yang sama, mengakui bahwa ia tidak pernah berdoa untuk menjadi menteri, namun dengan keyakinan akan kehendak Tuhan, ia menerima amanah tersebut.
Doa menjadi kekuatan bagi Risma, membantunya menghadapi situasi sulit dalam melaksanakan peran ganda. Ketika menjabat sebagai Wali Kota Surabaya, ia bahkan membawa anaknya mengunjungi lokasi bencana alam pada tengah malam, menanam pohon, dan membersihkan sungai.
Dengan doa, Risma mampu memahami dirinya sendiri terlebih dahulu, menjadi contoh bagi lingkungannya, dan mendorong disiplin dan kejujuran. Baginya, tindakan adalah kalimat ajakan terbaik bagi lingkungan sekitar.
Risma memberikan pesan kepada perempuan masa kini untuk tidak takut mengemban peran ganda. Baginya, setiap perempuan bisa menjadi ibu sekaligus pemimpin yang berprestasi di dalam rumah dan masyarakat. Ia meyakini bahwa banyak jalan tersedia untuk melaksanakan peran ganda, termasuk dengan memanfaatkan teknologi komunikasi yang ada.
Namun demikian, Risma juga mengingatkan bahwa teknologi dapat menjadi pisau bermata dua jika digunakan untuk menggantikan kehadiran fisik seseorang. Ia juga menekankan pentingnya melibatkan anggota keluarga dalam berbagai aktivitas domestik.
Bagi Risma, peran ganda bukanlah beban, melainkan anugerah dan kelebihan yang membuktikan keberdayaan perempuan. Ia yakin bahwa peran ganda bisa dilakukan dengan baik, tanpa mengorbankan satu sama lain.