Prof. Susi Ari Kristina, Guru Besar Manajemen Farmasi dan Farmasi Masyarakat di Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), menekankan peran apoteker dalam program rujuk balik (PRB) bagi peserta JKN-KIS yang menderita penyakit kronis.
Prof. Susi mengatakan bahwa untuk mencapai tujuan utama program ini lebih cepat, cakupan apotek yang berpartisipasi dalam PRB harus ditingkatkan, menurut keterangan resmi yang dirilis di Yogyakarta oleh Humas UGM.
Usi menjelaskan bahwa layanan program rujuk balik ini berlaku untuk penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, gagal jantung, stroke, asma, epilepsi, schizophrenia, lupus, dan Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK). Apoteker berperan sebagai penyedia layanan obat PRB yang memberikan pelayanan dan memantau penggunaan obat oleh peserta PRB.
Namun, menurut studi tahun 2020, hanya 9% apoteker di apotek berpartisipasi dalam program ini, sedangkan 91% apoteker lainnya masih menjalankan praktik secara independen.
Usi juga menekankan bahwa peran apoteker saat ini telah berkembang pesat. Mereka sekarang melakukan hal-hal yang lebih berfokus pada pasien, seperti farmakoterapi, pencegahan, dan promosi kesehatan, selain berfokus pada pengembangan produk dan distribusi obat.
Selain itu, dia mencatat bahwa apoteker dapat menawarkan layanan kunjungan rumah di puskesmas untuk memantau terapi obat dan meningkatkan kepatuhan pasien. Namun, karena berbagai kendala di lapangan, layanan ini belum optimal.
Prof. Susi mengatakan pentingnya kerjasama antara pemerintah, organisasi profesi seperti IAI, pemangku kepentingan terkait, dan apoteker untuk memaksimalkan peran apoteker dalam promosi dan pencegahan kesehatan karena sebagian besar apoteker bekerja di belakang layar dan sedikit yang melayani pasien secara langsung.
Penekanan ini bertujuan untuk meningkatkan peran apoteker dalam membantu pasien dengan penyakit kronis dan memastikan keberhasilan program rujuk balik.