Tanggal 30 September 1960 memiliki arti yang signifikan bagi Indonesia di mata dunia. Presiden pertama Indonesia, Sukarno, atau Bung Karno, menyampaikan pidato bersejarah di Sidang Umum ke-15 PBB hanya lima belas tahun setelah Indonesia memperoleh kemerdekaan.
Dalam pidatonya yang berjudul “Untuk Membangun Dunia Baru”, Bung Karno dengan penuh semangat mengkritik konsep Barat yang telah memengaruhi dunia selama berabad-abad dan bagaimana hal itu akan memengaruhi keberlangsungan dunia. Ia juga menekankan masalah kolonialisme dan imperialisme, yang membagi dunia menjadi dua kutub: Utara dan Selatan.
Bund Karno berharap dunia dapat mencapai keseimbangan baru, dan dia ingin PBB bekerja dengan baik dan menangani masalah yang muncul. Dalam pidatonya, Bung Karno menawarkan ideologi Pancasila sebagai solusi dan menunjukkannya sebagai jalan ketiga bagi dunia.
Pancasila, yang merupakan dasar dari Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) 1945, telah menjadi simbol untuk bangsa-bangsa Asia dan Afrika yang menentang kolonialisme dan imperialisme. Ini terutama terjadi setelah Konferensi Asia Afrika (KAA) yang berhasil di Bandung pada tahun 1955. Hasilnya menghasilkan Komunike Akhir KAA, yang mencakup prinsip-prinsip Dasasila Bandung.
Sebagai juru bicara negara-negara seperti Yugoslavia, Ghana, India, Persatuan Arab, dan Birma, Bung Karno menggunakan kesempatan berpidato di Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menentang konspirasi Barat yang telah menguasai dunia dan menyebabkan konflik global.
Tatanan pemerintahan global dan masalah keamanan telah berubah dalam konteks modern, lebih dari enam puluh tahun setelah pidato Bung Karno di Perserikatan Bangsa-Bangsa. Setelah Perang Dingin berakhir, Uni Soviet bubar, dan Amerika Serikat bertemu dengan Tiongkok. Negara-negara di Eropa Barat berusaha untuk bergabung dengan Uni Eropa.
Selain itu, masalah keamanan non-konvensional seperti penyakit menular, masalah lingkungan, ketahanan pangan, narkotika, dan terorisme menghadang masyarakat dunia. Untuk mencapai semua ini, diperlukan kerja sama global yang didasarkan pada prinsip-prinsip Pancasila, yang menekankan prinsip gotong-royong dan musyawarah mufakat.
Akibatnya, sangat penting bagi rakyat Indonesia, terutama generasi muda, untuk mengingat pidato sejarah Bung Karno di Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1960 dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan nasional dan internasional. Ini adalah bagian dari warisan penting yang harus dijaga agar tidak hilang dari ingatan rakyat Indonesia.
Pesan penting ini disampaikan oleh Aris Heru Utomo, Direktur Pengkajian Materi Pembinaan Ideologi Pancasila di Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.