PBB Resmikan Resolusi untuk Memajukan Kecerdasan Buatan (AI) yang Aman demi Pembangunan Berkelanjutan
Bandung, Penjuru – Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Mengesahkan Resolusi untuk Mempromosikan Kecerdasan Buatan (AI) yang Aman dan Terpercaya
Resolusi yang Didorong oleh Amerika Serikat untuk Mempercepat Kemajuan Pembangunan Berkelanjutan Melalui Kecerdasan Buatan (AI)
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengesahkan resolusi yang bertujuan untuk mempromosikan penggunaan kecerdasan buatan (AI) yang aman, terjamin, dan dapat dipercaya dalam pembangunan berkelanjutan. Resolusi ini diadopsi melalui konsensus yang sangat besar, mendapatkan dukungan dari seluruh 193 negara anggota PBB.
Resolusi tersebut, yang dipelopori oleh Amerika Serikat, bertujuan untuk mengatasi kesenjangan digital di antara negara-negara dan di dalam negeri, sambil mendorong penggunaan sistem kecerdasan buatan yang aman dan dapat dipercaya untuk mempercepat pencapaian Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030.
Lebih lanjut, resolusi ini mendorong semua negara anggota, bersama dengan pemangku kepentingan lainnya seperti sektor swasta, organisasi internasional dan regional, masyarakat sipil, dan lembaga media, untuk mengembangkan dan mendukung pendekatan serta kerangka peraturan terkait keselamatan, keamanan, dan kepercayaan terhadap sistem kecerdasan buatan.
“Resolusi ini menekankan pentingnya peningkatan kapasitas dan penutupan kesenjangan digital agar semua orang dapat memperoleh manfaat dari kecerdasan buatan,” ujar utusan Amerika Serikat untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, dalam konferensi pers.
Thomas-Greenfield menambahkan bahwa resolusi ini merupakan langkah besar untuk memperluas manfaat dan menciptakan lebih banyak manfaat melalui pengembangan dan penerapan sistem kecerdasan buatan yang dapat menyelamatkan nyawa, melindungi planet, dan menciptakan dunia yang lebih aman dan adil.
Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat, Jake Sullivan, menyatakan bahwa resolusi yang diusulkan oleh Amerika Serikat dan didukung oleh lebih dari 100 negara merupakan langkah bersejarah dalam mengembangkan sistem kecerdasan buatan yang aman, terjamin, dan dapat dipercaya.
Sullivan menekankan pentingnya kerangka kerja kolaborasi global mengenai kecerdasan buatan, yang mencakup akses yang adil, manajemen risiko, perlindungan privasi, pencegahan penyalahgunaan, serta mitigasi bias dan diskriminasi.
Dia juga berjanji untuk terus memperkuat kerja sama internasional dan merespons dampak yang meluas dari kecerdasan buatan.