Pemerintah Mengakui Sulit Merayu Generasi Z untuk Membeli Surat Utang Negara
Pemerintah menghadapi kesulitan dalam merayu Generasi Z (Gen Z) untuk berinvestasi dalam surat utang negara (SUN), terutama dalam bentuk surat berharga negara (SBN) ritel. Data mencatat bahwa hingga April 2024, investor Gen Z hanya mencapai 2,3 persen, sementara pembeli SBN ritel dari kalangan milenial mencapai 51 persen.
Deni Ridwan, Direktur Surat Utang Negara dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu, menyoroti kecenderungan Gen Z yang mudah terjerat dalam utang konsumtif. Menurutnya, perlu adanya upaya yang lebih besar untuk mengedukasi generasi ini.
Deni menjelaskan bahwa saat ini Gen Z mudah tergoda untuk berutang, terutama dengan kemudahan pembayaran melalui pinjaman saat berbelanja online. Hal ini menjadi salah satu tantangan dalam upaya mengedukasi masyarakat tentang manajemen keuangan yang baik, sehingga mereka tidak terjebak dalam gaya hidup konsumtif dan tidak memiliki cukup aset untuk masa tua.
Ia juga memperingatkan bahwa gaya hidup masyarakat tidak boleh dibiayai oleh pendapatan di masa depan, dan lebih baik biaya hidup dibiayai oleh pendapatan negara, misalnya dengan membeli SBN ritel.
Kemenkeu resmi menawarkan savings bond ritel (SBR)-013, dengan tenor 2 tahun dan 4 tahun hingga 2028. SBR013T2 menawarkan kupon minimal 6,45 persen per tahun dan SBR013T4 sebesar 6,60 persen per tahun.
Penawaran SBN ritel ini berlangsung mulai 10 Juni 2024 hingga 4 Juli 2024 mendatang. Target awal pemerintah adalah sekitar Rp15 triliun, namun dapat ditingkatkan hingga Rp20 triliun tergantung pada minat masyarakat.
Deni menegaskan bahwa SBR merupakan investasi yang bebas risiko gagal bayar karena pembayaran kupon dan pokoknya dijamin oleh undang-undang dan telah dianggarkan dalam APBN. Namun, ia juga mengingatkan tentang risiko likuiditas karena SBR tidak dapat diperdagangkan, meskipun investor dapat mencairkan sebagian dana SBR sebelum jatuh tempo melalui fasilitas early redemption.
Di sisi lain, Deni mencatat bahwa realisasi penjualan sejumlah SBN ritel telah mencapai Rp64,93 triliun, yang terdiri dari ORI025 sekitar Rp23,9 trilliun, SR020 sebesar Rp21,36 triliun, dan ST012 sekitar Rp19,65 triliun.