Pemilih yang Rasional dan Eksperimen Neurosains
Beberapa waktu terakhir, nama Gibran Rakabuming Raka telah menjadi subjek kontroversi, terutama karena keputusan Mahkamah Konstitusi mengenai pencalonannya sebagai calon wakil presiden untuk mendampingi Prabowo Subianto, yang dianggap oleh beberapa kelompok sebagai “cacat hukum”.
Isu-isu politik dinasti dan ancaman terhadap demokrasi mulai muncul secara masif, sistematis, dan menarik, memberi kesan bahwa ada yang mengaturnya.
Meskipun keputusan MK telah diputuskan, upaya terus dilakukan untuk mendukung sosok Gibran. Dengan memanfaatkan isu politik dinasti dan ancaman terhadap demokrasi, tujuannya adalah menghilangkan dukungan pikiran pemilih. Dengan demikian, masyarakat dapat secara objektif mengakui bahwa keputusan MK tersebut salah dan dapat membahayakan demokrasi.
Apakah upaya ini berhasil?
Dalam cerita Ramayana, Kumbakarna mengabaikan prinsip moral dan memilih untuk membela saudara dan negaranya. Dia percaya bahwa membela Rahwana dan Alengka adalah pilihan moral untuk tetap hidup. Prinsip evolusi dianggap sebagai nilai moral dalam konteks ini untuk mempertahankan saudara dan komunitas kita sendiri.
Meskipun demikian, perlu diingat bahwa membela kebenaran tidak seharusnya mengorbankan kepentingan pribadi dan melukai komunitas kita sendiri. Politik dinasti, misalnya, tidak selalu menjadi perhatian masyarakat. Mayoritas masyarakat lebih cenderung terpengaruh oleh emosi dan perasaan daripada kelompok elit yang peduli terhadap masalah politik.
Studi neurosains menunjukkan bahwa masalah politik dapat menyebabkan aktivitas otak yang berhubungan dengan perasaan dan emosi. Massa mengambang atau pemilih mayoritas lebih cenderung dipengaruhi oleh perasaan daripada akal sehat, meskipun kelompok elit menganggap masalah politik dinasti dan ancaman terhadap demokrasi sebagai masalah yang serius.
Keputusan Gibran dan Presiden Jokowi untuk memberikan penilaian kepada rakyat juga mencerminkan pandangan bahwa masalah politik dinasti mungkin tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada pemilihan, karena masyarakat lebih cenderung berkonsentrasi pada masalah yang lebih personal dan emosional saat memilih calon pemimpin.
Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa masyarakat mayoritas mungkin tidak terlalu terpengaruh oleh masalah politik dinasti. Pilihan politik mereka lebih banyak dipengaruhi oleh hal-hal seperti visi dan misi, program kerja, dan faktor emosi.