Peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB), Seny Damayanti, menegaskan perlunya solusi komprehensif dalam sektor transportasi guna menurunkan emisi yang menyumbang pada polusi udara yang meresahkan Jakarta.
Seny, yang mengkaji Teknik Lingkungan di ITB, menjelaskan bahwa beragam moda transportasi dan industri manufaktur menjadi penyebab utama naiknya polusi udara di DKI Jakarta belakangan ini.
“Dominasi polusi udara di Jakarta masih berasal dari moda transportasi darat, terutama kendaraan berat seperti bus dan truk,” tuturnya dalam pernyataan tertulis di Jakarta pada hari Selasa.
Seny menguraikan beberapa skenario pengendalian di sektor transportasi yang bisa diterapkan untuk mereduksi emisi karbon. Salah satunya adalah menerapkan standar emisi Euro 4 untuk kendaraan penumpang, bus, dan truk, yang sudah dimulai sejak Oktober 2018 (untuk bensin) dan akan diterapkan mulai April 2021 (untuk solar).
“Namun, implementasi standar Euro 4 masih perlu optimalisasi lebih lanjut, karena melibatkan teknologi bahan bakar juga, bukan hanya fokus pada mesin kendaraan,” tambahnya.
Salah satu langkah pengendalian lainnya adalah beralih ke bahan bakar gas alam terkompresi (CNG) pada semua kendaraan bus dan truk baru, dimulai sejak tahun 2020, sebagai bagian tambahan dari penerapan standar Euro 4.
Tindakan lainnya adalah mendorong penggunaan kendaraan listrik (EV) sebagai pengganti kendaraan konvensional. Rencananya, kebijakan ini akan diterapkan pada tahun 2025 sebagai pelengkap dari implementasi standar Euro 4.
Seny juga mengusulkan penerapan Electronic Road Pricing (ERP) atau sistem pungutan jalan elektronik untuk mengurangi perjalanan pribadi dengan membayar secara elektronik di lokasi tertentu. Meski tertunda, kebijakan ini ditargetkan diluncurkan sejak tahun 2020 untuk mendorong adopsi transportasi umum.
Tak hanya itu, ia juga merencanakan penghapusan kendaraan yang berusia lebih dari 20 tahun pada tahun 2025 sebagai upaya lainnya.