Profesor Agustin Indrawati dari IPB University mengungkapkan bahwa beberapa bakteri pada ikan saling menularkan dan menjadi resisten terhadap antibiotik yang efektif pada manusia.
Profesor Agustin, berada di Kota Bogor pada Senin, menjelaskan bahwa resistensi antimikroba (AMR) dapat menular ke manusia melalui pangan asal hewan yang mengandung AMR.
AMR adalah saat mikroorganisme seperti bakteri, virus, fungi, dan parasit tahan terhadap antimikroba (antibiotik, antivirus, antifungal, antiparasit) yang dulunya efektif mengendalikan atau membunuh mikroorganisme tersebut.
“Dalam penelitian bersama mahasiswa, kami temukan banyak bakteri resisten dari hewan,” ujarnya.
Agustin mengidentifikasi bakteri resisten seperti e.coli, salmonella sp, klebsiella, dll., berasal dari hewan termasuk ikan, lingkungan seperti kolam dan aliran limbah. Bakteri-bakteri ini menularkan langsung maupun tidak langsung.
Dalam penelitiannya, juga ditemukan bakteri resisten terhadap beberapa obat (multi drug resistance, MDR) yang perlu diperhatikan untuk pencegahan penyebaran.
Penyebaran bakteri resisten di lingkungan, seperti tanah, air, industri, dan ekosistem yang tercemar, perlu pendekatan “one health” kolaboratif di tingkat lokal hingga internasional.
Dibutuhkan tindakan cepat untuk mencegah krisis global terkait pencegahan dan pengobatan penyakit serta keamanan produksi pangan dan lingkungan.
Antibiotik telah digunakan sejak 1928 oleh Alexander Fleming. Namun, resistensi terhadap antibiotik membuat bakteri yang dulunya sensitif menjadi tidak responsif.
Resistensi antimikroba tidak hanya soal kesehatan, melainkan juga terkait kesehatan hewan, pangan, pertanian, dan lingkungan.
Penggunaan antibiotik dalam peternakan bukan hanya pengobatan, tapi juga sebagai pemicu pertumbuhan dan pencegahan penyakit. Penggunaan ini telah dilarang di Eropa dan Indonesia, tapi masih ada penggunaan yang diduga kontributor peningkatan resistensi.