Peningkatan Kualitas Keluarga Melalui Peran Strategis Tim Pendamping
Untuk mencapai cita-cita Indonesia Emas 2045, visi Kualitas Keluarga & Sehat sangat penting. Presiden Joko Widodo terus mengatakan hal ini sepanjang tahun 2023. Melalui program Tim Pendamping Keluarga (TPK), yang dipromosikan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), pemerintah memperkuat gagasan gotong royong dan kekuatan komunitas.
Tiga pilar masyarakat membentuk TPK: tenaga kesehatan atau bidan, anggota Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), dan kader keluarga berencana. Tujuan dari kerja sama ini bukan hanya untuk mengurangi angka stunting, tetapi juga untuk mendidik calon pengantin tentang kesehatan reproduksi.
Walaupun fungsi TPK kadang-kadang tidak terlihat secara jelas, manfaatnya nyata dalam mengubah pola pikir masyarakat tentang kesehatan, sanitasi, pendidikan pola asuh, dan gizi. TPK juga bertanggung jawab untuk mendorong keluarga yang menerima bantuan program keluarga harapan atau PKH dari Kementerian Sosial, selain memberikan edukasi kesehatan keluarga.
BKKBN menekankan bahwa TPK harus memiliki pengetahuan praktis tentang gaya hidup sehat sambil tetap menjadi tim yang andal, berempati, dan bersahabat untuk memastikan mereka dapat memberikan dorongan positif kepada tetangga mereka dalam hal kesehatan fisik, sanitasi, pendidikan, dan hal lainnya.
TPK juga memperhatikan pentingnya kesehatan mental, terutama bagi bidan atau penyuluh keluarga berencana yang menangani ibu hamil. Diharapkan TPK dapat bertindak sebagai psikolog krisis untuk melindungi kesehatan mental ibu yang akan melahirkan anak-anak yang akan membangun bangsa.
Saat ini, masalah utama yang dihadapi adalah meningkatnya gangguan mental dan emosional. Oleh karena itu, TPK juga diperlukan untuk meningkatkan kesehatan mental selain membangun keluarga yang baik dan menurunkan angka stunting.
TPK juga dapat membantu meningkatkan partisipasi kontrasepsi keluarga. Ini adalah langkah penting dalam pengendalian populasi dan membantu mencapai berbagai target pembangunan, termasuk kemajuan besar Indonesia dalam program aksi Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (ICPD).
TPK tidak dapat beroperasi secara mandiri untuk mencapai tujuan tersebut. Kolaborasi dengan tokoh agama adalah bagian penting dari program TPK. Melalui kerja sama dengan tokoh agama, masyarakat terus dididik tentang pentingnya kesehatan untuk membangun keluarga yang baik.
Melalui Kerja Sama Selatan-Selatan, BKKBN bekerja sama dengan Badan Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFPA) untuk meningkatkan efektivitas penggunaan kontrasepsi dalam jangka panjang. Delegasi dari berbagai negara telah mempelajari penggunaan kontrasepsi dalam jangka panjang. Studi ini juga membahas peran penting tokoh agama dan TPK dalam meningkatkan partisipasi KB.
Dengan bekerja sama dengan tokoh agama, TPK memberikan edukasi kepada masyarakat melalui berbagai inisiatif ini, yang mencakup organisasi Islam dan organisasi agama lainnya. Salah satu contohnya adalah implementasi modul seperti “Pengasuhan dengan Cinta” di Kampung Ayapo, Kabupaten Jayapura, bekerja sama dengan organisasi kemanusiaan Kristen.
Meskipun TPK bekerja secara sukarela, pemerintah mulai menghargainya dengan memberikan insentif tambahan seperti pulsa. Saat ini, TPK memiliki 600 ribu anggota di seluruh Indonesia. Peran mereka sangat mempengaruhi kualitas keluarga di Indonesia, meskipun mereka bekerja dalam skala yang kecil.
Pemerintah dan masyarakat harus mengakui dan mendukung peran penting TPK untuk membuat keluarga Indonesia sehat, produktif, dan mampu menyongsong bonus demografi.
