Penjelasan Ilmiah Mengapa Kita Bisa Menyukai Pasangan Teman
Pernahkah Anda merasa tertarik pada pasangan teman sendiri? Fenomena ini sering terjadi dan bisa dipahami melalui konsep ‘keinginan mimesis’. Istilah ini, menurut filsuf dan ahli teori sastra Prancis René Girard, merujuk pada hasrat untuk memiliki sesuatu yang dimiliki orang lain.
Dalam esai Girard, ia menjelaskan bahwa keinginan untuk meniru hasrat orang lain dapat memicu perselisihan dan persaingan dalam hidup kita. “Seseorang yang meniru keinginan orang lain seringkali menciptakan kehidupan yang penuh konflik dengan orang-orang yang mereka benci dan kagumi,” jelas Girard, seperti dikutip dari IFL Science pada Sabtu, (6/7/2024).
Meskipun keinginan mimesis sering dianggap negatif, penelitian terbaru menunjukkan bahwa kecenderungan ini tidak selalu merugikan. Dalam beberapa kasus, hal ini dapat bermanfaat karena membantu kita mengevaluasi nilai dari sesuatu dengan perspektif orang lain.
Psikolog klinis dan ketua program di Fakultas Ilmu Sosial dan Perilaku University of Phoenix, Barbara Burt, mengatakan bahwa keinginan mimesis adalah hal yang wajar karena manusia adalah makhluk sosial yang terus membangun identitas diri. “Banyak orang kesulitan menghilangkan keinginan mimesis karena pada dasarnya manusia memiliki rasa ingin memiliki,” ujar Burt.
Profesor psikologi dari University of Nevada, Stephen Benning, menyebutkan bahwa keinginan mimesis dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti interaksi interpersonal, struktur sosial, dan hal-hal menarik dalam lingkungan kita.
Dean Burnett, seorang ahli teori saraf, menambahkan bahwa keinginan mimesis kemungkinan besar muncul akibat faktor sosio-psikologis. Status sosial adalah salah satu pendorong utama mengapa seseorang mungkin tertarik pada pasangan teman mereka. Manusia, yang bersifat sosial dan hierarkis, seringkali terdorong untuk mendapatkan hal terbaik guna meningkatkan kedudukan sosial mereka. Namun, jika pasangan teman tidak menarik bagi kelompok sosial, kecil kemungkinan kedudukan sosial akan meningkat, menurut Burnett.
Jika Anda merasakan keinginan mimesis, Burt menyarankan untuk mengevaluasi diri dan mencari tahu alasan di balik perasaan tersebut. Ciptakan identitas diri berdasarkan prinsip dan keyakinan Anda sendiri, bukan sekadar meniru orang lain. “Keinginan mimesis cenderung lebih kuat jika kita belum memiliki identitas pribadi dan masih bergantung pada identifikasi orang lain,” tambah Burt.
Psikolog Nicole Monteiro menambahkan bahwa meskipun keinginan untuk memiliki pasangan orang lain mungkin terdengar tidak biasa, hal tersebut adalah sesuatu yang umum. Dorongan ini biasanya akan memudar seiring waktu, asalkan Anda tidak bertindak berdasarkan keinginan tersebut.
Jika Anda merasa sangat tidak nyaman dengan dorongan mimesis, berikut adalah beberapa cara dari psikolog Becky Spelman untuk meredamnya :
- Luangkan Waktu Untuk Merenungkan Motivasi & Perasaan Anda.
- Pertimbangkan Konsekuensi Bagi Semua Pihak Yang Terlibat.
- Tetapkan Batasan Yang Jelas Dengan Pasangan Teman Anda.
- Hindari Perilaku Yang Dianggap Genit Atau Tidak Pantas.
- Komunikasikan Perasaan Anda Secara Terbuka Dengan Teman.
- Fokus Pada Peningkatan Nilai Diri Sendiri.
- Lakukan Aktivitas Positif Yang Meningkatkan Kesejahteraan & Kepuasan Pribadi.
- Cari Dukungan Dari Konselor Jika Diperlukan.