Peran Kebaya dalam Menjadi Identitas Nasional Berbasis Lokal
Dosen Program Studi Jawa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Dwi Woro Retno Mastuti, menegaskan bahwa peran kebaya memiliki potensi untuk menjadi simbol budaya Indonesia yang kaya akan lokalitas, sejalan dengan sejarah panjang busana tradisional di Nusantara.
Dwi mengungkapkan bahwa kebaya memiliki daya tarik tersendiri karena peran pentingnya dalam perkembangan busana di Indonesia sepanjang sejarah. Dia menjelaskan bahwa keunikan nya tidak hanya tercermin dalam warisan busana Nusantara, tetapi juga dalam sejarah kain-kain tradisional seperti batik Solo, Batik Yogyakarta, dan Batik Peranakan.
Menurut Dwi, melalui proses akulturasi budaya yang khas di Indonesia, kebaya berhasil diterima di berbagai lapisan masyarakat, menjadi sumber kebanggaan sebagai identitas nasional yang patut disyukuri.
Lebih lanjut, Dwi menekankan pentingnya mengembangkan identitas budaya Indonesia yang berakar pada kekayaan lokalitas. Dia mengajukan perlunya dialog dan penerimaan antarberbagai elemen masyarakat sebagai langkah penting dalam menjaga keberagaman budaya di Indonesia.
Dwi juga menyampaikan bahwa masyarakat perlu memiliki kesadaran akan keberagaman budaya di Indonesia, mengingat beragam pengaruh kebudayaan yang memengaruhi, mulai dari budaya Peranakan, Eropa, hingga Arab. Dalam konteks ini, kebaya dianggap sebagai salah satu manifestasi dari keragaman budaya Indonesia sebagai negara yang kaya akan warisan budaya.
Dengan keberhasilan pencatatan kebaya sebagai bagian dari warisan budaya UNESCO, Dwi berharap bahwa masyarakat akan semakin terbuka terhadap keragaman budaya Indonesia dari berbagai sumber, memperkuat identitas nasional yang inklusif dan membanggakan.
Sebagai laporan terakhir, berbagai elemen budaya Indonesia, termasuk seni Reog dari Ponorogo, alat musik Kolintang dari Sulawesi Utara, dan pakaian tradisional kebaya, telah diajukan untuk dicatat sebagai warisan budaya oleh Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO) oleh Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).