Peran Kecap Manis dalam Akulturasi Budaya pada Hidangan Khas Perayaan Imlek
Dalam perayaan Tahun Baru Imlek 2024 (2575 Kongzili), masyarakat keturunan Tionghoa bersiap-siap untuk berkumpul bersama keluarga dan menikmati hidangan lezat bersama.
Salah satu hidangan yang selalu menjadi favorit dalam perayaan Imlek adalah Pindang Ikan Bandeng yang menggunakan kecap manis, kata Koki selebritas, Ragil Imam Wibowo, pada hari Jumat.
Ragil menjelaskan bahwa penggunaan kecap manis dalam hidangan tersebut merupakan hasil dari perpaduan budaya Tionghoa dan Indonesia yang telah ada sejak lama.
“Selama perayaan Imlek, banyak yang mulai menggunakan kecap manis karena pengaruh Indonesia. Seharusnya, kecap yang digunakan adalah mushroom sauce yang memiliki rasa asin, tetapi sulit ditemukan di Indonesia. Akhirnya, kecap manis menjadi penggantinya,” ujar Ragil.
Meskipun ciri khas makanan Imlek masih mencerminkan pengaruh Tiongkok sebesar 70 persen, namun karena kesulitan mencari bahan untuk kecap, masyarakat Tionghoa menggunakan kecap manis yang hanya tersedia di Indonesia.
Ragil menyebutkan bahwa meskipun terdapat sedikit perbedaan dalam rasa, namun warna hidangan tersebut tetap sama dengan resep asli Pindang Ikan Bandeng khas Tionghoa.
Selain Pindang Ikan Bandeng, hidangan khas lain yang juga menggunakan kecap manis adalah paha babi yang dimasak semur atau sering disebut Samchan. Ada juga Mie Panjang Umur yang terdiri dari berbagai jenis bahan yang disatukan sebagai simbol kelimpahan rejeki dan kesehatan.
Berbagai hidangan tersebut menjadi ciri khas perayaan Imlek karena memiliki makna kemakmuran dan harapan akan keberkahan rejeki untuk satu tahun mendatang.
“Yang penting, ada beberapa hal yang menjadi patokan, misalnya adanya ikan sebagai simbol keberuntungan dalam mencari rejeki. Potongan ham babi dapat diganti dengan potongan daging sapi sebagai alternatif,” jelas Ragil.
Berbagai elemen dalam hidangan khas Imlek tersebut menyatu menjadi satu kesatuan, menciptakan pengalaman makan yang sehat dan semangat dalam mencari rejeki.