Menurut Lukman Leong, analis pasar mata uang, rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS karena sentimen risiko yang menurun di pasar. Pernyataan pejabat Federal Reserve Christopher J. Waller dan John Williams tampaknya memicu pelemahan ini.
“Waller menyampaikan bahwa meskipun Federal Reserve tidak akan menaikkan suku bunga pada pertemuan bulan November 2023, mereka mungkin akan mempertimbangkan kenaikan suku bunga di pertemuan berikutnya. Sementara itu, Williams memproyeksikan suku bunga Federal Reserve akan tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih panjang,” kata Lukman Leong.
Selain itu, pelemahan rupiah dipengaruhi oleh antisipasi investor terhadap pidato Kepala Federal Reserve Jerome Powell pada malam itu, yang diprediksi akan memberikan pernyataan yang lebih ekstrim mengingat data ekonomi AS yang terus menunjukkan kekuatan dan tingkat inflasi yang tidak turun sesuai ekspektasi.
Data penjualan ritel AS menunjukkan peningkatan bulanan sebesar 0,7% (mtm), melebihi perkiraan 0,3%, dan peningkatan tahunan sebesar 3,8% (yoy), jauh di atas perkiraan 1,5%.
Lukman Leong juga menyatakan bahwa para investor di Indonesia menantikan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI), yang diharapkan akan mempertahankan kebijakan suku bunga saat ini.
Rupiah mengalami pelemahan sebesar 0,43 persen atau 68 poin, mencapai Rp15.798 per dolar AS dalam perdagangan antarbank di Jakarta pada pagi Kamis. Ini turun dari harga sebelumnya, yang mencapai Rp15.730 per dolar AS.