PT Pertamina (Persero) Memiliki Rencana untuk Membangun Terminal Energi Berkelanjutan yang Disebut ‘Terminal Hijau Terintegrasi Jakarta’ di Kalibaru, Jakarta Utara.
‘Jakarta Integrated Green Terminal’ akan dibangun oleh PT Pertamina (Persero) di Kalibaru, Jakarta Utara. Dibandingkan dengan Terminal Terpadu Bahan Bakar Minyak (TBBM) Plumpang, terminal ini akan lebih besar dan lebih canggih.
Menurut A Salyadi Saputra, Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina, lokasi terminal di wilayah Kalibaru akan mendukung ketahanan energi nasional.
Salyadi mengatakan dalam keterangan yang diberikan di Jakarta pada hari Rabu, “Jakarta Integrated Green Terminal didesain untuk menjadi terminal energi dengan standar operasional terbaik dalam kelasnya, menerapkan teknologi terkini dan fleksibilitas tertinggi untuk memenuhi kebutuhan energi di wilayah Jabodetabek.”
Menurut Pertamina, Jakarta Integrated Green Terminal akan dapat menampung LNG, CPO, UCO (minyak masak yang digunakan), dan produk petrokimia serta bahan bakar seperti bensin, biodiesel, elpiji, dan bahan bakar minyak (BBM). Selain itu, terminal ini memiliki kapasitas untuk menampung hidrogen, yang diperkirakan akan meningkat pada tahun 2030.
Salyadi kemudian menjelaskan bahwa PT Pertamina International Shipping (PIS), yang merupakan Subholding Integrated Marine Logistics dan bertanggung jawab untuk mengelola terminal energi strategis, ditugaskan untuk merancang dan membangun Terminal Hijau Terintegrasi Jakarta.
Selain itu, Yoki Firnandi, Direktur Utama PIS, menyatakan bahwa persiapan untuk pembangunan Terminal Hijau Integrasi Jakarta sudah dimulai dan bahwa penelitian awal tentang ide awal dari terminal baru ini telah selesai.
PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) telah membangun wilayah di Kalibaru, Jakarta Utara, di mana Jakarta Integrated Green Terminal akan dibangun. Area sekitar 64 hektar ini di tepi laut memiliki kapasitas penyimpanan hingga 6 juta barel.
Selanjutnya, PIS akan bekerja sama dengan Pelindo untuk membuat studi kelayakan untuk pembangunan Terminal Hijau Integrasi Jakarta. Rencana pembangunan terminal ini didasarkan pada kebutuhan energi nasional yang diperkirakan akan terus meningkat dan beragam dalam beberapa tahun mendatang.
Lokasinya dianggap sangat strategis, dan memiliki potensi untuk berfungsi sebagai gerbang ekosistem perdagangan energi atau melalui perdagangan energi melalui koridor Singapura-Indonesia, yang bertanggung jawab atas 30 hingga 35 persen aliran perdagangan LNG dan minyak di seluruh dunia.
Sepanjang tahap pembangunan hingga operasional, terminal ini juga menjadi pelopor dengan mengintegrasikan faktor ESG dan konsep karbon netral. Selain itu, dalam hal teknologi, terminal ini memiliki sistem digital yang akan meningkatkan efisiensi dan modernitas pengelolaan. Yoki menyatakan bahwa mereka akan menggunakan teknologi paling canggih sehingga terminal ini dapat beroperasi dengan standar terbaik, efisiensi, keamanan, keandalan, dan tentu saja emisi yang lebih rendah.
Menurut Fadjar Djoko Santoso, Vice President Corporate Communication Pertamina, pembangunan Jakarta Integrated Green Terminal akan mendukung inisiatif pemerintah untuk mencapai target emisi netral (NZE).
Fadjar menyatakan bahwa Pertamina akan menerapkan teknologi terbaru dengan sistem digital yang lebih modern dan efisien serta mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan dan ramah lingkungan (ESG) sebagai salah satu terminal berkelanjutan yang akan dibangun.
 Memiliki Rencana untuk Membangun Terminal Energi Berkelanjutan yang Disebut 'Terminal Hijau Terintegrasi Jakarta' di Kalibaru, Jakarta Utara.){kind=link}