Presiden Jokowi Meminta Kewaspadaan Terhadap Perubahan Iklim Agar Tidak Menghambat Musim Panen Raya
Presiden Joko Widodo meminta kementerian dan lembaga untuk memperhatikan dampak perubahan iklim, yang dapat mengganggu produksi selama musim tanam dan panen raya di awal tahun. Pernyataan ini disampaikan pada Selasa dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara Jakarta.
Jokowi menekankan bahwa untuk memastikan ketersediaan bahan pangan di awal tahun, perencanaan penanaman tanaman pangan dan kalkulasi data hasil produksi sangat penting. Dia juga mendorong jajaran kementerian dan lembaga untuk menghitung kondisi aman serta dengan cermat mengelola cadangan strategis pangan.
Presiden meminta agar ketersediaan dan stok pangan di awal tahun benar-benar terjaga. Pemerintah pusat dan daerah diingatkan untuk memantau ketersediaan dan harga makanan di wilayah masing-masing serta mencegah gejolak.
Jokowi menyatakan bahwa perlu ada pengawasan di setiap kabupaten dan provinsi untuk mencegah kelangkaan dan kenaikan harga, sehingga stok yang ada dapat dipertahankan dan harga tetap terjangkau bagi masyarakat.
Presiden juga menekankan bahwa komoditas energi seperti gas dan bahan bakar minyak (BBM) harus tersedia di setiap tempat. Dia mengingatkan agar tidak ada kelangkaan yang dapat menyebabkan masalah sosial dan inflasi.
“Jangan sampai terjadi kelangkaan gas karena masalah distribusi harus dipantau dan dilihat secara detail,” katanya.
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Badan Urusan Logistik (Bulog), stok cadangan beras pemerintah (CBP) di Gudang Bulog mencapai 1,6 juta ton beras pada awal tahun ini. Presiden Jokowi sebelumnya telah mendorong dimulainya musim tanam pada Desember 2023 di lahan sawah seluas 1,4 juta hektare di seluruh negeri. Musim tanam tersebut kemudian dilanjutkan pada Januari 2024 dengan 1,7 juta hektare dan Februari 2024 dengan 1,4 juta hektare. Sebelum musim panen raya awal tahun, proses musim tanam ini diharapkan dapat meningkatkan produksi beras dari Maret hingga April 2024.