Proses Penetapan Jamu sebagai Warisan Budaya oleh UNESCO, Sementara Tenun Akan Mengikuti Jejaknya
Proses penetapan jamu sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh UNESCO sedang berlangsung, kata Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Informasi ini tersampaikan dari Hilmar Farid. Menurutnya, budaya ini akan tertetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda atau Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity tahun ini. Ini hanya informasi kecil.
Karena jamu telah terdaftar untuk kategori tersebut sejak 7 April 2022, bersama dengan enam nominasi lainnya, keberhasilan ini menjadi kabar baik. Meskipun tanggal pengumuman resmi belum terumumkan, Hilmar mengatakan bahwa itu akan terjadi dalam dua minggu.
Hilmar mengatakan bahwa Warisan Budaya Tak Benda adalah keseluruhan praktik menciptakan jamu oleh masyarakat, bukan dari suatu daerah tertentu. Ia menjelaskan bahwa yang diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda adalah keahlian dalam meracik dan meramu jamu, termasuk berbagai teknik yang tergunakan, bukan produk atau benda itu sendiri.
Hilmar menekankan bahwa jamu adalah bagian dari warisan budaya yang harus terjaga kelestariannya, seperti halnya budaya lain di Indonesia. Secara historis, jamu telah menjadi pengetahuan asli bangsa Indonesia yang telah tergunakan turun temurun selama ribuan tahun.
Budaya ini menunjukkan kebiasaan menjaga kesehatan secara preventif dan promotif. Jamu adalah bagian penting dari kebudayaan Nusantara dan memainkan peran penting dalam perjalanan peradaban masyarakat Indonesia.
Selain itu, Hilmar mengatakan bahwa tenun Indonesia juga akan segera mengajukan untuk didaftarkan sebagai WBTB. Ini akan mengikuti jejak prestasi Batik yang telah mendapatkan predikat tersebut sejak 2009. Riset dan penyusunan laporan masih berlangsung untuk menentukan landasan yang tepat. Ini termasuk menentukan apakah akan mendaftarkan semua tenun Nusantara atau hanya tenun dari beberapa wilayah seperti Nusa Tenggara Timur (NTT).
Hilmar menambahkan, “Mudah-mudahan harapannya tenun Nusantara secara keseluruhan,” dengan harapan kekayaan budaya ini dapat teraku & terjaga sebagai bagian penting dari identitas Indonesia.