Ketua PERITMI, dr. Sunu Budhi Raharjo, Sp.JP (K), PhD, menjelaskan bahwa aritmia memiliki gejala seperti pusing, pingsan, dan detak jantung tidak normal.
Aritmia adalah gangguan irama jantung dengan dampak serius seperti stroke dan gagal jantung jika tidak segera diobati.
Prevalensi aritmia global berkisar antara 1,5-5 persen, dengan fibrilasi atrium (FA) paling umum.
FA diperkirakan akan meningkat menjadi 72 juta kasus di Asia pada 2050.
Faktor risiko termasuk usia, penyakit jantung koroner, narkoba, alkohol, obat-obatan, merokok, dan kafein.
Dalam penanganan, kateter ablasi efektif untuk irama jantung tidak normal.
Pemasangan Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD) mencegah kematian jantung mendadak dengan kejutan listrik saat gangguan irama.
ICD ditanam di dada dan bertahan hingga delapan tahun. Langkah-langkah ini penting untuk mengatasi aritmia dan mencegah komplikasi serius.