Spesialis Mata : Mata Juling Dapat Diobati dengan Kacamata dan Operasi
Dr. Gusti G. Suardana, SpM(K), Spesialis Mata di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Mengatakan Bahwa Kacamata dan Operasi Bisa Digunakan untuk Mengobati Mata Juling.
Dr. Gusti G. Suardana, seorang spesialis mata dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa strabismus, atau mata juling, dapat diobati dengan kacamata dan operasi.
Dr. Gusti mengatakan dalam sebuah sesi media di Jakarta bahwa jika kacamata tidak dapat sepenuhnya mengoreksi mata juling, operasi juling mungkin diperlukan untuk menyelesaikan masalah.
Dr. Gusti menekankan bahwa keputusan tentang proses pengobatan, baik operasi maupun kacamata, tidak dapat dibuat secara langsung. Sebelum menggunakan kacamata, pasien harus diperiksa untuk mengetahui penyebab mata juling. Kacamata biasanya hanya berfungsi jika mata juling disebabkan oleh kelainan refraksi seperti hiperopia atau miopia yang belum dikoreksi.
Kacamata dapat membantu meluruskan mata lebih baik, bahkan menghilangkan kebutuhan akan operasi juling. Namun, pasien harus rutin memeriksa mata mereka untuk kelainan refraksi yang terkait setelah menggunakan kacamata. Mereka juga harus tetap menggunakan kacamata saat melakukan semua aktivitas yang melibatkan meluruskan mata.
Dr. Gusti menjelaskan tentang prosedur operasi juling: “Operasi juling sebaiknya dilakukan ketika penglihatan di kedua mata telah seimbang, memungkinkan perkembangan penglihatan binokular.” Sebaliknya, jika mata juling hanya muncul sesekali, tidak perlu dilakukan segera. Ini terutama berlaku untuk anak-anak yang masih memiliki penglihatan binokular dalam beberapa situasi.
Namun, operasi dapat dilakukan untuk memperbaiki penampilan atau aspek kosmetik pada orang dewasa, terutama jika mata juling sudah ada sejak lama dan penglihatan binokular tidak mungkin.
Dr. Gusti mengingatkan bahwa meskipun operasi dapat membantu mengatasi mata juling, tidak ada jaminan bahwa pasien akan pulih sepenuhnya. Hasil penyembuhan pasien akan berbeda-beda tergantung pada kondisi masing-masing pasien.
Dr. Gusti juga meminta orang-orang untuk menghindari stigma yang menyatakan bahwa mata juling tidak dapat disembuhkan. Stigma seperti ini dapat membuat penderita merasa berbeda, kehilangan kepercayaan diri, dan mengalami tekanan psikologis.
Dr. Gusti menjelaskan bahwa mata juling dapat muncul pada orang dari berbagai usia dan jenis kelamin, baik secara tiba-tiba maupun lama, dan memiliki banyak penyebab potensial. Ini dapat memengaruhi penglihatan dan persepsi kedalaman, dan dapat menyebabkan masalah seperti mata malas (ambliopia).
Sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2021 menunjukkan bahwa 1,93% atau lebih dari 148 juta orang di seluruh dunia mengalami mata juling. Gejalanya termasuk mata yang tidak sejajar, gerakan mata yang tidak terkoordinasi, kehilangan penglihatan atau persepsi kedalaman, dan kecenderungan untuk memiringkan kepala saat melakukan aktivitas tertentu.
Dr. Gusti menambahkan bahwa pergerakan mata untuk fokus diatur oleh dua belas otot mata. Ketika mata juling, salah satu mata bergerak ke arah yang berbeda dari yang lain, sehingga kedua mata tidak dapat berfokus pada hal yang sama.