Taman Nasional Komodo Akan Ditutup Tahun Depan, Apa Penyebabnya?
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf RI) mengumumkan bahwa Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur (NTT) akan ditutup sementara pada tahun 2025. Penutupan ini direncanakan sebagai langkah untuk pemulihan ekosistem.
Nia Niscaya, Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf RI, menjelaskan bahwa keputusan tersebut didasarkan pada evaluasi terkait jumlah pengunjung, manajemen destinasi, dan daya tampung BTNK. “Memang betul, Taman Nasional Komodo direncanakan akan ditutup pada pertengahan tahun depan (2025),” ungkap Nia dalam acara temu media “The Weekly Brief with Sandi Uno” di Jakarta, Senin (22/7/2024).
Penutupan ini tidak hanya bertujuan untuk memulihkan ekosistem dan memberi ‘istirahat’ pada area tersebut, tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya perawatan ekosistem, baik darat maupun perairan. Nia berharap bahwa dengan langkah ini, pengunjung akan lebih menghargai upaya pelestarian lingkungan. “Kita harus membenahi sekarang untuk masa depan yang lebih baik. Tantangan kita adalah mengedukasi dan mengkomunikasikan alasan penutupan kepada wisatawan sehingga mereka bisa mengapresiasi langkah ini,” jelasnya.
Nia juga optimis bahwa meskipun penutupan Taman Nasional Komodo akan menghadirkan tantangan, hal ini juga membuka peluang baru bagi pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif. Selama masa penutupan, pelaku parekraf diharapkan dapat menawarkan atraksi alternatif, seperti snorkeling, diving, desa wisata, forest healing, dan eksplorasi pulau-pulau lain. “Penutupan ini merupakan kesempatan untuk mendiversifikasi produk wisata di luar Taman Nasional Komodo,” katanya.
Sebelumnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), melalui Balai Taman Nasional Komodo (BTNK), juga mengungkapkan rencana untuk menutup aktivitas pariwisata di BTNK. Rencana ini masih dalam tahap pembahasan, dan keputusan akhir mengenai penutupan total atau pada hari-hari tertentu akan bergantung pada hasil kajian yang sedang dilakukan. “Tahun ini kajian selesai, dan diharapkan pertengahan tahun depan sudah bisa diterapkan secara bertahap,” ungkap Kepala BTNK, Hendrikus Rani Siga, dikutip dari detikbali, Selasa (23/7/2024).
Hendrikus menambahkan bahwa penutupan total mungkin terjadi tergantung pada hasil kajian dan respons dari masyarakat serta pihak terkait lainnya. Penutupan ini bertujuan untuk pemulihan kawasan dan sumber daya alam, mendorong destinasi wisata di Pulau Flores, meningkatkan peluang ekonomi bagi masyarakat, dan memperbaiki pengelolaan serta infrastruktur. “Kami akan memperhatikan kebutuhan pengelolaan dan respons masyarakat, sehingga kemungkinan penutupan total sangat mungkin terjadi,” kata Hendrikus.