Tindakan Melukai Diri Sebagai Potensi Gejala Gangguan Kepribadian
Seorang staf Divisi Psikoterapi Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa FKUI-RSCM, Dr. Petrin Redayani Lukman, mengatakan bahwa gejala depresi dan gangguan kepribadian dapat termasuk tindakan melukai diri atau self-harm, seperti menyakiti diri sendiri.
Dia mengatakan bahwa self-harm seringkali merupakan cara bagi seseorang untuk mencoba menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Mereka yang melukai diri biasanya merasa tidak nyaman, merasa tidak nyaman, dan sulit untuk mengendalikan emosi mereka. Mereka juga sering merasa hampa dan tidak nyaman. Cara untuk mengalihkan perasaan tidak nyaman adalah dengan menggunakan self-harm.
Dalam proses psikoterapi, menurut Dr. Petrin, dokter akan membantu orang yang melukai diri untuk berbicara tentang emosi dan pengalaman mereka. Mereka juga akan membantu mereka untuk mengenali emosi mereka dan memberi mereka cara untuk mengatasi emosi tersebut, sehingga mereka tidak perlu lagi menggunakan self-harm sebagai pelampiasan. Dokter juga kadang-kadang dapat meresepkan obat-obatan tertentu.
Pemulihan dari self-harm biasanya memerlukan waktu yang cukup lama. Terapi tidak selalu memberikan hasil segera, dan dapat memakan waktu beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun, tergantung pada kondisi individu.
Dr. Petrin juga berbicara tentang tindakan sekelompok remaja yang beberapa waktu lalu menjadi viral karena menghentikan laju truk. Ia menyatakan bahwa sangat penting untuk mengetahui apa yang mendorong mereka untuk melakukan apa yang mereka lakukan, karena itu bisa menjadi upaya eksperimen atau mencari perhatian. Dalam beberapa kasus, depresi dapat berperan sebagai pendorong untuk melakukan hal-hal seperti itu. Oleh karena itu, penting bagi profesional kesehatan jiwa untuk membantu orang yang mungkin mengalami depresi atau masalah kesehatan mental lainnya.
Dr. Petrin juga menyoroti betapa pentingnya bagi remaja untuk membentuk identitas dan mengaktualisasikan diri. Jika remaja memiliki kesempatan untuk mengaktualisasikan diri, mereka lebih cenderung untuk menghindari perilaku berisiko seperti menghentikan truk atau tindakan berbahaya lainnya.