Transformasi Sampah Tekstil menjadi Produk Unggulan di Butik Terkemuka
Di butik hijau di Grand Indonesia, DKI Jakarta, ada suasana sibuk yang menarik banyak orang, dari anak-anak hingga orang tua. Berbagai pakaian, aksesoris, jilbab, hingga kebaya terbuat dari sisa tekstil di butik ini. Chitra Subyakto, desainer yang beroperasi sejak 2014, adalah pembuat produk fesyen yang indah dan cantik ini.
Chitra terinspirasi untuk membantu mengatasi masalah sampah tekstil yang semakin meningkat. Dia menyadari dampak polusi yang tersebabkan oleh industri fesyen dan memutuskan untuk bekerja sama dengan perusahaan yang mendaur ulang sampah tekstil. Selain membantu mengurangi jumlah sampah, bisnis ini melibatkan pelaku UMKM untuk membuat benang dari pakaian bekas.
Selanjutnya, tekstil yang terdaur ulang terubah menjadi berbagai produk, seperti tas, jilbab, kebaya, pakaian, aksesori, penyekat fiber, dan insulator atau peredam suara. Produk-produk ini terancang dengan gaya kontemporer yang mengikuti tren mode terbaru selain mempertimbangkan aspek lingkungan. Butik ini telah berhasil menarik artis dalam negeri dan artis luar negeri seperti Malaysia dan Singapura.
Chitra telah berhasil mengumpulkan 5.719 kg pakaian bekas untuk didaur ulang hingga Mei 2023. Selain itu, masyarakat terajak berpartisipasi dengan mengirimkan pakaian bekas yang tidak terbuat dari poliester. Berharap langkah-langkah ini akan membantu dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Pemerintah Indonesia juga berusaha menangani masalah sampah lainnya, termasuk tekstil. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Indonesia menghasilkan 35,93 juta ton sampah sepanjang 2022, dengan 13,47 juta ton yang belum terkelola. Sekitar 2,6% dari timbulan sampah nasional berasal dari sampah tekstil.
Untuk membantu produsen mengurangi sampah tekstil dari proses produksi hingga pemakaian, pemerintah tengah sedang menyusun regulasi tahap kedua yang mengatur tanggung jawab produsen atas produk tekstil. Selain itu, KLHK berencana memberikan insentif tambahan untuk modal usaha sebagai penghargaan kepada produsen.
Untuk menjadi lebih ramah lingkungan, orang harus memilih pakaian yang tahan lama, menghindari bahan yang terbuat dari poliester, menggunakan pakaian berulang-ulang, dan tidak membuang pakaian yang rusak secara langsung kecuali untuk memperbaikinya atau menukarnya dengan orang lain. berharap upaya bersama ini akan menyelamatkan lingkungan dan memberikan kontribusi positif bagi generasi berikutnya.