Usai Pemilu, Warga RI Makin Pesimistis soal Kesempatan Kerja dan Usaha

Usai Pemilu, Warga RI Makin Pesimistis soal Kesempatan Kerja dan Usaha

Keyakinan konsumen warga di Indonesia (RI) kembali menurun pada Juni dan diprediksi tetap melandai hingga Desember 2024. Bank Indonesia (BI) merilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Senin (8/7/2024), yang menunjukkan kondisi ekonomi tetap kuat dengan IKK Juni 2024 sebesar 123,3, masih berada di level optimis (>100).

Optimisme konsumen pada Juni 2024 didorong oleh Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK), yang menunjukkan optimisme berkat komponen-komponen pembentuknya. Namun, angka ini menurun dibandingkan Mei 2024 yang mencapai 125,2. IKK pada Juni juga merupakan yang terendah sejak Februari 2024, ketika pemilu dan pilpres digelar, dengan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menang dalam pilpres dan PDIP menang dalam pemilu 2024.

Penurunan IKK terutama dialami oleh kelompok dengan pengeluaran Rp 1-2 juta per bulan, yang keyakinannya hanya mencapai 109,2 pada Juni, terendah sejak September 2023. Sebaliknya, kelompok dengan pengeluaran di atas Rp 5 juta justru semakin optimis. Penurunan optimisme di kelompok lain perlu menjadi perhatian pemerintah, terutama menjelang pelantikan presiden baru pada 20 Oktober 2024.

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang turun 1,2 poin menjadi 133,8 pada Juni 2024, mencerminkan penurunan optimisme masyarakat dalam memandang ekonomi enam bulan ke depan. IEK menggambarkan pandangan masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja, penghasilan, dan kegiatan usaha.

Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha pada Juni 2024 turun ke 131,5, terendah sejak Februari 2024, menunjukkan semakin sulitnya pandangan masyarakat terhadap bisnis ke depan. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja juga melemah ke 131,7, terendah sejak Februari 2024, mencerminkan kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan dalam enam bulan ke depan. Indeks Ekspektasi Penghasilan turun ke 138, terendah sejak Februari 2024, menunjukkan semakin sulitnya masyarakat mengharapkan peningkatan penghasilan.

Penurunan optimisme ini terjadi di semua kelompok pengeluaran kecuali kelompok dengan pengeluaran di atas Rp 5 juta, yang justru optimis terhadap ketersediaan lapangan kerja, kegiatan usaha, dan penghasilan. Kelompok dengan pengeluaran Rp 1-2 juta mengalami penurunan signifikan dalam melihat kondisi ekonomi saat ini dan ke depan, yang dapat menekan permintaan barang.

Deflasi yang terjadi dalam dua bulan berturut-turut sejak Mei hingga Juni 2024 menjadi sinyal kuat bahwa daya beli masyarakat Indonesia tengah tertekan. Pasokan barang yang tersedia tidak banyak terserap karena permintaan berkurang. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami deflasi sebesar 0,08% secara bulanan pada Juni 2024, turun dari 0,03% pada Mei 2024.

Ekonom dari Universitas Indonesia, Ninasapti Triaswati, menyatakan bahwa deflasi ini mengindikasikan daya beli masyarakat menurun. Anjloknya daya beli disebabkan oleh semakin minimnya pendapatan masyarakat, seiring dengan maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor padat karya seperti Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) serta sektor digital.

Jika kondisi ini terus berlanjut, pertumbuhan ekonomi sesuai target sekitar 5% akan sulit tercapai meskipun ada pergantian pemerintahan dan optimisme yang diharapkan. Pemerintah perlu segera mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan daya beli dan mengembalikan optimisme masyarakat terhadap perekonomian.