Menurut Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), krisis iklim menjadi semakin nyata, dengan kota-kota besar mengalami panas ekstrim dan beberapa daerah pesisir mulai terancam tenggelam. Mengurangi pelepasan karbon sangat penting untuk mengatasi perubahan iklim.
Menurut Deputi Internal Walhi Muhammad Islah, mengurangi pelepasan karbon adalah solusi utama untuk mengembalikan keseimbangan alam. Selama tiga abad terakhir, manusia telah melepaskan lebih banyak karbon daripada daya serap planet ini.
Efek rumah kaca terjadi karena pelepasan karbon yang berlebihan, yang menyebabkan panas matahari terjebak di atmosfer bumi. Ini menunjukkan bahwa negara-negara industri tidak ingin mengurangi produksi karena emisi karbon yang dihasilkan oleh mesin industri mereka terus meningkat.
Negara-negara dunia ketiga diminta untuk menghindari merusak alam dengan melakukan tindakan seperti penambangan dan penebangan hutan. Ketidaksesuaian ini menyebabkan proses tukar guling, juga dikenal sebagai mekanisme offset, terjadi antara negara maju dan negara dunia ketiga.
Karena tidak mengurangi emisi industri, mekanisme offset dalam perdagangan karbon tidak dapat mencegah pemanasan global. Para pemilik modal menguasai sumber daya alam dengan membayar uang sebagai penebus dosa mereka, tetapi kerusakan lingkungan menyebabkan hak-hak masyarakat di wilayah industri terganggu.
Karbon menjadi komoditas dagang karena mekanisme pasar karbon, yang dapat merusak alam dan sektor industri serta menyebabkan penderitaan bagi masyarakat. Islah mengatakan bahwa kita harus bertanggung jawab terhadap lingkungan karena konsekuensi yang mengerikan akan terjadi jika tidak ada tindakan.