Waspada! Efek Bahaya Tato yang Bisa Mengancam Nyawa
Tato merupakan bentuk seni yang memanfaatkan tubuh manusia untuk mengekspresikan diri. Namun, tato bisa berbahaya karena tinta yang digunakan mengandung jutaan bakteri, meski telah diberi label steril.
Menurut penelitian terbaru dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), botol tinta tato yang tersegel ternyata mengandung jutaan bakteri berbahaya. Temuan ini mencakup botol-botol yang telah diberi label steril.
Linda Katz, direktur kantor kosmetik dan pewarna FDA, menjelaskan bahwa tinta tato yang terkontaminasi dapat menyebabkan infeksi dan cedera serius. Ini karena tinta tato disuntikkan ke dalam kulit, tempat bakteri bisa berkembang biak.
“Patogen atau zat berbahaya lainnya dalam tinta dapat berpindah dari lokasi suntikan melalui darah dan sistem limfatik ke bagian lain tubuh,” kata Katz.
Katz menambahkan bahwa penyebaran sistemik dari bakteri dapat mengakibatkan komplikasi yang mengancam jiwa, seperti endokarditis—peradangan selaput jantung yang berpotensi fatal—atau syok septik, yang merupakan tahap akhir sepsis dan dapat menyebabkan kegagalan organ.
“Jika tidak diobati dengan segera, sepsis bisa menyebabkan kerusakan jaringan, kegagalan organ, dan bahkan kematian,” ungkap Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).
Gejala infeksi akibat tinta tato yang sering dilaporkan meliputi ruam di area suntikan, impetigo (infeksi kulit akibat bakteri yang sangat menular), erysipelas (ruam merah cerah dan lembut pada kulit), serta selulitis (infeksi kulit yang memerlukan pengobatan antibiotik).
Katz juga menjelaskan bahwa orang dengan banyak tato atau tato besar lebih berisiko terkena tinta yang terkontaminasi. Yang lebih besar meningkatkan kemungkinan paparan mikroorganisme. Selain itu, penggunaan riasan permanen, terutama di sekitar mata, juga dapat meningkatkan risiko infeksi karena mikroba dapat masuk ke mata dan menyebabkan infeksi.
John Swierk, asisten profesor kimia di Binghamton University, State University of New York, mengatakan bahwa temuan ini tidak mengejutkan. Kontaminasi tintanya memang merupakan masalah umum.
“Bagian dari masalahnya adalah tidak adanya metode sterilisasi yang disepakati dalam industri ini. Penelitian kami menyoroti kebutuhan untuk proses manufaktur yang baik dan terstandar di seluruh industri tinta tato,” ujar Swierk.
Studi FDA terbaru menguji 75 sampel tinta tato dan riasan permanen yang dijual di AS oleh 14 produsen. Beberapa sampel bahkan diberi label steril. Hasilnya, 26 sampel dari 10 produsen, atau sekitar 35% dari sampel yang diuji, menunjukkan kontaminasi bakteri pada tingkat tertentu. Katz mengungkapkan bahwa meskipun sebagian besar sampel mengandung kurang dari 250 CFU (unit pembentuk koloni) per gram, beberapa sampel mengandung bakteri hingga 105 CFU.