Indonesia Dihargai oleh ASEAN atas Peranannya dalam Mengatasi Krisis Myanmar
ASEAN, Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara, mengapresiasi Indonesia karena menjadi ketua tahun ini karena telah meningkatkan upaya untuk melibatkan semua pihak dan pemangku kepentingan di Myanmar untuk mengakhiri konflik.
Para menteri luar negeri ASEAN menyampaikan pernyataan tersebut dalam Komunike Bersama Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN ke-56.
Para menteri luar negeri ASEAN menyatakan penghargaan mereka terhadap upaya Ketua (Indonesia) untuk meningkatkan keterlibatan dengan semua pemangku kepentingan terkait di Myanmar. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan kepercayaan, menciptakan lingkungan yang ramah, dan mengatasi perbedaan dan kesenjangan yang dapat memungkinkan diskusi yang inklusif untuk mencapai solusi politik yang menyeluruh.
Para menteri luar negeri ASEAN mengkonfirmasi dalam pernyataan tersebut bahwa mereka akan terus mengacu pada Konsensus Lima Poin (5PC) untuk menangani krisis Myanmar.
Konsensus Lima Poin meminta penghentian kekerasan, diskusi dengan semua pihak yang terlibat, penunjukan utusan khusus untuk membantu mediasi dan diskusi, izin ASEAN untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga Myanmar, dan izin utusan khusus ASEAN untuk mengunjungi dan bertemu dengan pemangku kepentingan di Myanmar.
Mereka mengatakan, “Mereka membahas perkembangan di Myanmar dan menegaskan posisi bersatu mereka bahwa Konsensus Lima Poin (5PC) tetap menjadi acuan utama dalam mengatasi krisis politik di Myanmar.”
Para menteri luar negeri ASEAN setuju untuk terus berkolaborasi untuk mendukung pelaksanaan Konsensus Lima Poin, yang merupakan bagian dari keputusan yang dicapai para pemimpin ASEAN pada KTT ASEAN ke-42.
Kami meminta dukungan terus menerus dari mitra eksternal kami, termasuk PBB dan negara-negara tetangga Myanmar, untuk bekerja sama dengan ASEAN dalam pelaksanaan Konsensus Lima.
Dalam komunike bersama, mereka juga mengutuk kekerasan Myanmar yang terus berlanjut.
Para menteri luar negeri ASEAN menyatakan, “Kami dengan tegas mengutuk tindakan kekerasan yang terus berlanjut, termasuk serangan udara, penembakan artileri, dan penghancuran fasilitas umum, dan kami mendesak semua pihak yang terlibat untuk menghentikan kekerasan tanpa pandang bulu, mencegah eskalasi, serta menciptakan lingkungan yang kondusif bagi penyampaian bantuan kemanusiaan dan dialog nasional yang inklusif.”