Serang, Banten – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten terus memantau perkembangan dan efektifitas penerapan teknologi modifikasi cuaca di wilayah Banten.
“Pelaksanaannya sudah sejak awal Januari 2023,” kata Kepala Pelaksana BPBD Banten Nana Suryana di Serang, Senin.
Ia mengatakan saat ini BPBD masih fokus memantau perkembangan modifikasi cuaca tersebut, mengingat status siaga darurat cuaca ekstrem sampai 28 Februari 2023.
“Kalau Surat Keputusan (SK) status siaga darurat kita sampai tanggal 28 Februari 2023,” kata Nana.
Menurut Nana, penerapan teknologi modifikasi cuaca tersebut dilaksanakan di seluruh wilayah Banten.
Sebelumnya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melalui BPBD Provinsi Banten melakukan operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) di Banten, menyusul daerah lainnya yang sudah melakukan hal tersebut.
“Beberapa provinsi lain sudah. Seperti DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah,” kata Nana usai rapat membahas rencana tersebut Senin (1/1).
Ia menjelaskan TMC dilakukan di Banten guna menindaklanjuti imbauan BNPB mengenai curah hujan yang berpotensi ekstrem di beberapa wilayah Indonesia.
“Sesuai prediksi BMKG, di Banten terjadi curah hujan yang tinggi atau ekstrem pada Desember 2022 hingga Februari 2023” katanya.
Nana mengatakan tujuan operasi TMC adalah untuk mengurangi atau bisa dikatakan memindahkan (mengalihkan) hujan yang akan turun di wilayah itu ke tempat lain (laut) guna menghindari dan mencegah bencana banjir.
“Nanti teknologi itu (TMC) dilakukan oleh BRIN yang bekerja sama dengan TNI AU,” katanya.
Nana juga mengatakan anggaran tersebut sepenuhnya ditanggung oleh pusat (BNPB) yang dilakukan BRIN.