Dokter Anak Menyatakan Tidak Semua Kasus Demam Memerlukan Antibiotik
Dr. Mulya Rahma Karyanti, SpA(K), M.Sc., pakar kesehatan anak di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo menjelaskan bahwa tidak semua kasus demam membutuhkan antibiotik karena sebagian besar tersebabkan oleh virus, seperti radang tenggorokan, yang menyumbang 80% dari semua kasus demam.
Karyanti menyarankan pasien harus terbawa ke fasilitas kesehatan jika demam tidak membaik dalam 3 hari. Dokter kemungkinan akan melakukan pemeriksaan, seperti tes darah, untuk mengetahui berapa banyak sel darah putih atau leukosit yang ada. Jika jumlah meningkat menjadi lebih dari 15 ribu, itu berarti ada penyakit yang tersebabkan oleh bakteri yang membutuhkan antibiotik.
Jika demam, batuk, pilek, dan ingus mulai muncul, Anda harus waspada. Karyanti mengatakan, “Hati-hati, saya khawatir ada infeksi bakteri atau dari BAB berdarah atau lendir, yang kemungkinan besar membawa bakteri.”
Demam yang ter sebabkan oleh virus biasanya tertandai dengan wajah pasien yang mendadak memerah, dan penyakit ini biasanya sembuh sendiri.
Karyanti mengatakan bahwa dokter akan memberikan antibiotik jika penyebabnya adalah bakteri, karena demam tinggi bisa menjadi kekhawatiran karena bakteri yang berat, sehingga penyebabnya harus tercari tanpa menunggu 3 hari. Ini terutama berlaku untuk bayi atau anak di bawah tiga tahun.
Selain itu, dia menjelaskan bahwa antibiotik berbeda dengan obat over the counter (OTC) yang dapat terbeli tanpa resep. Seperti obat penurun panas atau obat batuk berlendir. Obat-obatan ini dapat terberikan kepada setiap kelompok umur, dan jenisnya berbeda sesuai dengan penyakit yang terderita pasien.
Karyanti menyatakan bahwa ada berbagai jenis antibiotik, misalnya khusus untuk infeksi saluran pernapasan atas, infeksi saluran kencing, dan infeksi saluran cerna. Ada kekhususan karena pola kumannya berbeda-beda.
Antibiotik biasanya untuk anak-anak berdasarkan berat badannya, sedangkan pada orang dewasa, dosisnya biasanya 1 tablet, kaplet, atau kapsul.
Karyanti mengingatkan pasien untuk mematuhi dan menghabiskan antibiotik yang terresepkan dokter untuk mencegah bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik tersebut. Kuman yang mati akan menjadi lemah jika dihentikan terlalu dini, dan kuman yang lebih kuat akan bertambah banyak, menyebabkan gejala yang lebih parah.