Kurban, Distribusi ke Daerah 3T, dan Amanah yang Perlu Dipertahankan
Suasana kendaraan berguncang saat menjelajahi jalan berpasir berbatu, kemudian berlanjut ke jalan beton yang mulus. Di kejauhan, sebuah lembah besar terlihat, kemungkinan sedang dalam tahap pembangunan waduk.
Meskipun mobil dan alat berat tampak terparkir, tidak ada tanda-tanda aktivitas pembangunan yang berlangsung.
Kendaraan terus meluncur menuruni lembah, berkelok-kelok, hingga mencapai bagian bawahnya. Di sana, sungai dangkal melintas, diikuti dengan perjalanan mendaki kembali hingga mencapai tepian waduk. Akhirnya, kendaraan berhenti.
Di antara pepohonan yang rindang, melalui jalur setapak, kita tiba di tempat pemeliharaan sapi. Andre, seorang peternak, sedang sibuk merawat lima ekor sapi, yang nantinya akan dijadikan kurban pada perayaan Idul Adha tahun ini.
Andre adalah salah satu dari ribuan peternak di seluruh Indonesia yang didukung oleh Human Initiative (HI) dalam memasok sapi untuk perayaan kurban Idul Adha 2024 di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kurban : Tugas dan Tradisi
Bagi umat Islam, kurban adalah kewajiban agama atau setidaknya sangat dianjurkan bagi mereka yang mampu. Ayat Al-Qur’an yang kuat menekankan pentingnya kurban sebagai bagian dari ibadah kepada Allah SWT.
Di Indonesia, lembaga sosial keagamaan seperti Human Initiative (HI) berperan penting dalam mengorganisir kurban umat, dengan tujuan untuk menyebarkan manfaat kurban kepada mereka yang membutuhkan.
Tahun ini, HI memfokuskan upayanya pada distribusi kurban ke daerah-daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) di Indonesia, di mana kesenjangan dalam konsumsi makanan dan pendapatan menjadi masalah yang signifikan.
Kurban tidak hanya merupakan ritual ibadah, tetapi juga telah menjadi tradisi sosial-ekonomi yang memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Melalui kurban, masyarakat kelas bawah dapat lebih mudah mengakses daging, sementara peternak lokal juga mendapatkan dukungan ekonomi.
HI telah menetapkan target distribusi kurban di 122 wilayah di 28 provinsi, dengan tujuan untuk memastikan bahwa manfaat kurban tersebar dengan merata dan tepat sasaran. Melibatkan peternak lokal dalam proyek ini adalah komitmen yang patut diapresiasi.
Meskipun menawarkan efisiensi yang lebih tinggi, HI menolak tawaran dari peternak besar untuk memenuhi kebutuhan hewan kurban. Sebagai lembaga sosial, HI berusaha memberikan nilai tambah kepada masyarakat kecil di sekitar program Sebar Qurban.
Mendorong Pemerataan dan Kesejahteraan
Kurban bukan hanya ibadah, tetapi juga merupakan instrumen sosial-ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebagai upaya pemerataan, kurban perlu ditekankan sebagai bagian integral dari pembangunan sosial dan ekonomi.
Melalui proyek Sebar Qurban, HI berkomitmen untuk memperluas distribusi daging kurban ke wilayah-wilayah dengan tingkat konsumsi daging rendah dan wilayah 3T. Upaya ini juga menjadi bagian dari strategi untuk mengatasi kesenjangan konsumsi makanan di Indonesia.
Dengan melibatkan peternak lokal dan menjaga hubungan yang berkelanjutan dengan mereka, HI memastikan bahwa kurban tidak hanya memberikan manfaat ibadah, tetapi juga memberdayakan ekonomi lokal dan mendukung kesejahteraan peternak.
Melalui langkah-langkah ini, HI berusaha menjaga kepercayaan dan amanah yang diberikan oleh masyarakat dan pemberi kurban, sambil terus berupaya untuk mencapai tujuan kemanusiaan yang lebih luas.