Megawati Tinjau Pameran ‘Melik Nggendong Lali’ : Seni Tak Terlepas dari Politik
Presiden Ke-5 Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri, melakukan kunjungan ke Pameran Seni Rupa karya Butet Kartaredjasa yang bertajuk ‘Melik Nggendong Lali’ di Gedung A Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, pada hari Senin.
Setelah melihat-lihat area pameran, Megawati mengakui bahwa seni juga memiliki dimensi politik. Baginya, politik dalam seni adalah karya yang dapat diinterpretasikan secara berbeda-beda.
“Masing-masing ungkapan dalam karya seni itu adalah refleksi dari keinginan si pembuatnya, tapi mungkin bukan keinginan saya. Saya mungkin ingin melihatnya sebagai sesuatu yang lain, seperti bunga,” ujar Megawati di Gedung Galeri Nasional, Jakarta, pada hari Senin.
Meskipun demikian, ia tidak ingin kunjungannya dikaitkan dengan isu politik. Megawati datang ke pameran Butet semata untuk menikmati seni.
“Bagi saya, seni adalah bagian dari kehidupan. Jadi, kalau ada pertanyaan mengenai interpretasi atas karya Butet tadi, itu terserah pada penafsiran masing-masing,” jelasnya.
Bagi Megawati, menikmati seni adalah hal yang biasa dilakukan oleh dirinya dan keluarganya. Ayahnya, Proklamator Republik Indonesia, Soekarno, dan ibunya, Fatmawati, juga merupakan sosok seniman.
Oleh karena itu, Megawati ingin mendorong pengembangan sekolah seni agar anak-anak muda Indonesia dapat menciptakan lebih banyak karya seni yang mencerminkan ke-Indonesiaan.
Menurutnya, banyak karya seni saat ini hanya mengikuti tren global dan tidak mewakili identitas Indonesia.
“Iklim seni sekarang, menurut saya, cenderung mengikuti tren global dan kurang menggambarkan ke-Indonesiaan. Anak-anak muda sekarang, maaf, lebih tertarik pada hal-hal populer seperti K-Pop, tanpa menghargai budaya lokal,” tambahnya.
Padahal, menurutnya, keberagaman budaya Indonesia sangat luar biasa dan harus dijaga dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika. Untuk itu, ia mendorong peningkatan kualitas sekolah seni di Indonesia.
Megawati juga merasa prihatin dengan kondisi beberapa tempat sekolah seni di Indonesia, seperti Taman Ismail Marzuki yang kini lebih cenderung menjadi pusat perdagangan.
Di sisi lain, Megawati mengungkapkan keinginannya untuk membeli semua karya seni yang dipamerkan oleh Butet. Namun, ia juga mempertimbangkan kemampuannya untuk melakukan pembelian tersebut.
“Saya sangat ingin membeli semua karya ini karena begitu halus dan indah. Tapi tentu saja, saya juga harus memikirkan kemampuan saya untuk melakukannya. Semua karya ini favorit saya,” ujarnya.
Sementara itu, Butet menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Megawati atas kesempatan yang diberikan untuk mengunjungi pamerannya. Butet telah menyiapkan karya-karyanya selama empat tahun.
“Saya sangat berterima kasih kepada Ibu Mega yang telah meluangkan waktu untuk datang ke pameran saya,” ucap Butet.
Baginya, kedatangan seorang presiden seperti Megawati merupakan suatu kehormatan dan penghargaan atas karya-karyanya yang tidak sia-sia.