MPR RI : Konflik Hamas-Israel Berdampak pada Hubungan Antar-Negara & Ekonomi Global
Dalam sebuah pernyataan di Jakarta, Kamis, Lestari Moerdijat, Wakil Ketua MPR RI, menyatakan bahwa konflik antara Hamas Palestina dan Israel telah menimbulkan persoalan dalam relasi antarnegara dan perekonomian global. Perang Hamas-Israel, selain menimbulkan masalah kemanusiaan, juga berdampak pada hubungan antarnegara dan perekonomian global.
Dia berpendapat bahwa sangat penting untuk mempercepat proses perdamaian antara kedua wilayah tersebut dengan mengutamakan pemulihan ekonomi dan kesejahteraan manusia. Dia menekankan bahwa tidak ada alasan untuk perang dalam bentuk apa pun.
Selain itu, Lestari mencatat bahwa konflik di Timur Tengah memiliki dampak global karena wilayah tersebut menyediakan energi dan merupakan jalur pelayaran utama di dunia. Salah satu masalah global adalah bagaimana perekonomian dunia pulih dari inflasi yang diperparah oleh konflik Rusia-Ukraina.
Dia juga berbicara tentang kekhawatiran tentang kemajuan teknologi senjata, yang dapat menyebabkan banyak korban dalam konflik. Lestari melihat ini sebagai salah satu tanda bahwa dunia semakin kehilangan nilainya dan kurang menghargai kemanusiaan.
Konflik Hamas-Israel memiliki konsekuensi ekonomi dan politik yang signifikan, kata Adam Mulawarman Tugio, Duta Besar Amerika Serikat untuk Pakistan. Dia menambahkan bahwa konsekuensi ekonominya mencakup seluruh dunia. Sebagai akibat dari perang ini, harga minyak dunia naik sebesar 4 dolar AS per barel, dan perkiraan pertumbuhan ekonomi global diperkirakan berkurang sebesar 0,1 persen. Selain itu, Adam mengingatkan bahwa dampak konflik akan semakin besar jika meluas ke negara lain.
Dalam wacana serupa, Siti Ruhaini Dzuhayatin, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), mengatakan bahwa konflik Palestina-Israel masih memiliki konsekuensi yang dapat diukur secara ekonomi dan geopolitik. KSP terus mengumpulkan informasi tentang kondisi konflik untuk melaporkannya kepada presiden.
Selain itu, menurut Ruaini, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) telah mengambil tindakan dalam konflik Palestina-Israel, meskipun perspektif negara anggota OKI berubah-ubah tentang hal itu. Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel adalah dengan menyelesaikan konflik antara negara Islam yang tergabung dalam OKI terlebih dahulu.