Nasib Rupiah Ditentukan oleh Ekonomi AS, Bukan Ekonomi Indonesia!
Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data terbaru mengenai nasib pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk kuartal II-2024 pada 5 Agustus mendatang. Meskipun data produk domestik bruto (PDB) mungkin menunjukkan pertumbuhan di atas 5%, hal ini diperkirakan tidak akan berdampak signifikan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Ralph Birger Poetiray, Head of Treasury & Financial Institution Bank Mega, menjelaskan bahwa realisasi data PDB Indonesia tidak akan banyak mempengaruhi sentimen pasar keuangan karena pertumbuhan ekonomi diprediksi tetap stabil di kisaran 5%-5,2%.
“Data PDB sepertinya tidak akan berdampak signifikan karena pertumbuhan ekonomi kita cenderung bergerak stabil di kisaran 5 hingga 5,2%,” kata Ralph dalam program Power Lunch CNBC Indonesia, Senin (28/7/2024).
Menurut Ralph, faktor utama yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah adalah sentimen pasar terhadap faktor-faktor eksternal. Sentimen ini biasanya tercermin dalam indeks dolar AS (DXY) terhadap mata uang utama lainnya.
“Saat ini, indeks dolar berada di level 104,3, sementara awal tahun berada di 101,3, menunjukkan kenaikan sekitar 3%. Oleh karena itu, depresiasi rupiah mengikuti tren ini,” jelas Ralph.
Faktor utama yang mempengaruhi DXY saat ini adalah ekspektasi pasar mengenai kemungkinan penurunan suku bunga acuan oleh The Federal Reserve (The Fed) pada September 2024. Jika penurunan Fed Fund Rate terjadi, Ralph memperkirakan rupiah bisa kembali ke level Rp 15.800/US$ pada akhir tahun ini.
“Jika penurunan suku bunga benar terjadi, maka secara eksternal kita bisa melihat rupiah mencapai level tersebut pada akhir tahun,” tambahnya.
Beberapa hari terakhir, nilai tukar rupiah mengalami pelemahan. Berdasarkan data dari Refinitiv, pada Jumat (26/7/2024), rupiah ditutup melemah 0,25% menjadi Rp 16.285/US$. Bahkan, selama intraday, rupiah sempat terdepresiasi lebih dalam hingga mencapai Rp 16.295/US$.
Secara mingguan, rupiah tercatat mengalami penurunan sebesar 0,62%, lebih buruk dibandingkan pekan sebelumnya yang sebesar 0,31%.
Sementara itu, pada pukul 14:55 WIB, DXY stabil di angka 104,35, sedikit lebih rendah dibandingkan posisi kemarin yang berada di 104,35.
Pelemahan rupiah ini terjadi seiring dengan rilis data awal PDB AS oleh Departemen Perdagangan AS yang menunjukkan pertumbuhan sebesar 2,8% pada kuartal II-2024, dibandingkan dengan pertumbuhan 1,4% pada kuartal I-2024. Angka ini juga lebih tinggi dari ekspektasi pasar yang memperkirakan pertumbuhan 2%. Laporan ini menunjukkan bahwa investasi dan belanja konsumen di AS tetap kuat meskipun harga barang masih tinggi.