Paviliun Indonesia Membahas Ragam Inisiatif Penurunan Emisi Karbon
Di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2023 (COP28) di Dubai, Uni Emirat Arab. Paviliun Indonesia menjadi pusat diskusi tentang masalah penurunan emisi gas rumah kaca. Menurut Siti Nurbaya Bakar, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sektor strategis seperti kehutanan, energi. Dan pengelolaan sampah akan sangat penting untuk mencapai pengurangan emisi gas rumah kaca riil Indonesia sebesar 42,1 % pada tahun 2023. Jika terbandingkan dengan situasi bisnis normal.
Dalam hal ini, sektor kehutanan dan penggunaan lahan lain (FOLU) masih merupakan bagian terbesar dari upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, menyumbang 60% dari upaya tersebut. Indonesia telah membuat rencana operasional untuk melaksanakan agenda FOLU Net Sink 2030. Dengan tujuan untuk menyerap lebih banyak gas rumah kaca daripada emisinya.
Menteri Siti menunjukkan optimisme. Percaya bahwa Indonesia dapat mencapai target FOLU Net Sink 2030 karena tingkat deforestasi telah menurun dalam beberapa tahun terakhir. Dengan penanganan kebakaran gambut dan pengendalian asap lintas batas yang sukses. Kepemimpinan Indonesia dalam menangani kekeringan El Niño juga menjadi perhatian.
Lestari Moerdijat, Wakil Ketua MPR, mendorong semua pihak, termasuk perusahaan dan lembaga swadaya masyarakat. Untuk mendukung komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Ia mendorong semua orang bekerja sama untuk membuat lingkungan hidup yang baik, menjadikan pencapaian komitmen itu sebagai fondasi konstitusional yang kokoh.
Agus Justianto, Penanggung Jawab Paviliun Indonesia, mengatakan bahwa paviliun berfungsi sebagai alat diplomatik halus yang memungkinkan Indonesia untuk menyampaikan tindakan, strategi, dan inovasi negara di tingkat internasional. Paviliun Indonesia bertujuan untuk mempromosikan kepemimpinan global Indonesia dalam aksi iklim dengan fokus pada praktik terbaik yang diterapkan secara kolaboratif. Acara Paviliun Indonesia pada COP28, yang berlangsung dari 30 November hingga 11 Desember 2023. Berfungsi sebagai wadah nyata bagi Indonesia untuk berkolaborasi dengan negara lain dalam melakukan upaya global untuk mengatasi perubahan iklim.