Pemerintah Menyatakan Kegiatan Belajar Telah Berbasis Kesehatan Mental
Kepala Pusat Standar dan Kebijakan Pendidikan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Irsyad Zamjani, menegaskan bahwa kebijakan belajar – mengajar yang sedang diimplementasikan saat ini berbasis pada kesehatan mental (wellbeing) agar siswa tidak merasa terbebani.
“Kurikulum Merdeka yang telah kita susun memiliki fondasi yang kuat pada kesehatan mental, dengan tujuan membuat proses belajar-mengajar menjadi pengalaman yang menyenangkan,” ungkap Irsyad saat dihubungi dalam simposium tentang kesehatan mental yang diadakan oleh British School Jakarta pada hari Kamis.
Kesehatan mental saat ini menjadi isu krusial dalam dunia pendidikan, dimana tujuannya adalah agar proses belajar-mengajar menjadi lebih bermakna dan menyenangkan.
“Idealnya, siswa akan dengan sukarela mencintai proses belajar,” tambahnya.
Pendekatan ini sejalan dengan kurikulum merdeka yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa. Melalui kurikulum ini, guru-guru didorong untuk menyesuaikan kurikulum dengan kecepatan dan kebutuhan belajar siswa sehingga mereka tidak merasa terbebani atau stres.
Materi yang disampaikan dalam kurikulum merdeka hanya yang esensial, memberikan guru fleksibilitas yang lebih besar dalam metode penyampaian materi.
“Lebih baik jika materi disampaikan melalui pengalaman langsung dan proyek daripada hanya mengandalkan buku teks,” paparnya.
Irsyad menekankan bahwa meskipun pendekatan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, tetapi tetap relevan dengan tujuan akademis yang ingin dicapai.
Sementara itu, Kepala Wellbeing di British School Jakarta, Andrea Downie, mengemukakan bahwa menurut definisi akademis yang sering dikutip, kesehatan mental adalah bagaimana seseorang merasa dan berfungsi baik secara pribadi maupun sosial, serta bagaimana individu menilai kualitas hidup yang telah dijalani.
Menurut Andrea, kesehatan mental menjadi kunci dalam pembangunan pribadi, adaptabilitas, ketahanan, dan kebahagiaan.
Dalam upaya mewujudkan kesehatan mental di lingkungan sekolah, BSJ telah membentuk wadah kolektif yang melibatkan murid, staf, dan pemangku kepentingan.
“Di BSJ, kami menyadari bahwa memperkuat kesehatan mental melebihi upaya individu. Ini memerlukan pendekatan sistematis yang melibatkan seluruh anggota komunitas,” jelas Andrea.