Peneliti BRIN Menemukan DNA Harimau Jawa yang Telah Punah pada Tahun 2003
Bandung, Penjuru – Harimau Jawa, juga dikenal sebagai Panthera tigris sondaica, telah diumumkan punah pada tahun 2003 setelah terakhir kali terlihat pada tahun 1976 di Gunung Betiri, Jawa Timur. Menurut Endangered Tigers, kepunahan harimau Jawa disebabkan oleh meningkatnya jumlah populasi manusia di Pulau Jawa pada awal abad ke-20. Kehadiran manusia mengakibatkan hilangnya habitat hutan asli harimau yang kemudian digantikan oleh perkebunan. Selain itu, punahnya harimau Jawa juga disebabkan oleh perburuan, keracunan, dan deforestasi.
Namun, baru-baru ini, sejumlah peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan rambut yang diduga berasal dari harimau Jawa pada tahun 2019. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rambut tersebut memiliki DNA yang mirip dengan spesimen harimau Jawa.
Penelitian Terhadap Rambut Harimau Jawa
Ini dimulai setelah seorang warga dan aktivis konservasi bernama Ripi Yanur Fajar melaporkan bahwa dia melihat seekor harimau Jawa di perkebunan dekat Desa Cipendeuy, Sukabumi Selatan, Jawa Barat pada 18 Agustus 2019. Pada tanggal 27 Agustus 2019, sehelai rambut yang diduga milik harimau ditemukan di lokasi tersebut, bersamaan dengan jejak kaki dan bekas cakaran di sekitarnya. Sampel rambut kemudian diserahkan kepada staf geologi untuk penelitian lebih lanjut dan kemudian diteruskan ke Balai Konservasi Alam (BKSDA) Jawa Barat. Pada tanggal 4 Maret 2022, BKSDA menyerahkan sampel rambut tersebut kepada BRIN untuk analisis genetik. Tim peneliti BRIN juga melakukan wawancara dengan Ripi, yang telah melihat harimau tersebut pada Juni 2022.
Riset Genetik Ke Rambut Harimau
Para peneliti BRIN kemudian melakukan analisis genetik terhadap sampel rambut yang diduga berasal dari harimau Jawa, dibandingkan dengan sampel rambut dari harimau Sumatera dari Sumatera Utara untuk perbandingan. Hasil analisis menunjukkan bahwa sampel rambut yang diduga berasal dari harimau Jawa memiliki DNA yang serupa dengan spesimen harimau Jawa dari museum yang dikumpulkan pada tahun 1930. Namun, DNA tersebut berbeda dengan subspesies harimau lainnya dan macan tutul Jawa.
Meskipun kemiripan DNA antara sampel rambut harimau Jawa dengan harimau Sumatera dan Bengal sebesar 97,06 persen dan 96,87 persen, peneliti menemukan bahwa rambut tersebut memiliki kesamaan genetik yang lebih dekat dengan spesimen harimau Jawa dari museum. Namun, peneliti belum dapat memastikan apakah harimau Jawa benar-benar masih hidup di alam liar. Hal ini memerlukan konfirmasi lebih lanjut melalui studi genetik dan penelitian lapangan yang lebih mendalam.
Ditambahkan bahwa Taman Nasional Ujung Kulon di Banten, Jawa Barat, dulunya merupakan habitat bagi harimau Jawa yang kini telah punah.