Pentingnya Memasukkan ESG ke Dalam Strategi Perusahaan

Menurut Bambang Budi Tresno, Partner Audit & Assurance di Binder Dijker Otte (BDO) Indonesia, Konsep Environmental Social Governance (ESG) sangat penting untuk Strategi Perusahaan.

Menurut Partner Audit & Assurance Bambang Budi Tresno dari Binder Dijker Otte (BDO) Indonesia, konsep Environmental Social Governance (ESG) harus menjadi bagian dari strategi perusahaan.

Kita harus benar-benar memastikan keberlanjutan Bumi kita. Dalam sebuah wawancara pribadi di Kantor BDO Indonesia di Jakarta pada hari Rabu, Bambang menyatakan, “Oleh karena itu, sekarang semua perusahaan harus mengadopsi ESG, sehingga perusahaan tersebut benar-benar mendukung apa yang dipikirkan oleh kita semua.”

Perusahaan dahulu hanya berfokus pada menghasilkan keuntungan material atau keuntungan, kata Bambang. Sekarang, perusahaan harus mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan juga.

“Bagaimana dengan planet kita? What about our people? Gender, kesetaraan, dan masalah lainnya muncul ketika kita berbicara tentang keberlanjutan. Semuanya harus bersatu. Menurutnya, jika keberlanjutan ini tidak dapat dicapai pada saat ini, prioritas utama adalah keuntungan finansial.

Menurut Bambang, meskipun perusahaan menghasilkan keuntungan secara materi, belum tentu memberikan keuntungan yang sebenarnya di masa depan karena keuntungan hanya dapat dirasakan sekarang dan bukan untuk anak cucu mereka di masa depan.

Bambang menyatakan, “Saya semakin memikirkan bagaimana kita dapat menciptakan profit tetapi tetap berkelanjutan terhadap lingkungan, dan hal ini harus digaungkan.”

Selain itu, Bambang menyatakan bahwa mereka sedang melakukan upaya untuk meningkatkan kesadaran tentang keberlanjutan agar konsep ESG menjadi lebih familiar bagi masyarakat.

Saya ingin melihat bahwa ini adalah ide yang mengajarkan kita untuk tidak egois, yang memungkinkan kita untuk makan saat ini. Pertanyaannya adalah apakah kita, cucu kita, cicit kita, atau generasi kita di masa depan, masih dapat mengkonsumsi makanan dengan cara yang sama seperti kita sekarang atau tidak. Menurutnya, pertanyaan tentang apakah kebutuhan saat ini juga dapat terpenuhi dalam sepuluh, dua puluh, tiga puluh, atau empat puluh tahun lagi harus dijawab.