Perpustakaan Nasional : Keluarga Sebagai Fondasi Awal Budaya Literasi di Era Digital
Menurut Adin Bondar, Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, keluarga adalah pilar penting dalam meningkatkan budaya literasi di era internet. Menurutnya, keluarga adalah madrasah pertama bagi anak-anak karena berfungsi sebagai pranata sosial yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kognitif dan emosional mereka. Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan, dinyatakan bahwa upaya untuk meningkatkan budaya literasi terdiri dari tiga pilar utama: keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat.
Pada hari Selasa (12/11) di Jakarta, Adin menyampaikan pernyataan ini dalam sebuah program diskusi yang disebut “Literasi Keluarga Berbasis Digital.”
Adain menjelaskan bahwa minat membaca telah meningkat di sekolah dan perguruan tinggi. Di sisi lain, program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial (TPBIS) telah membantu mengubah perpustakaan di 3.262 desa, di mana tiga juta orang tinggal.
Adin mengungkapkan hasil penelitian tentang tingkat kegemaran membaca di Indonesia dalam konteks peningkatan literasi. Sebuah survei terhadap 1.300 orang di seluruh Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang positif dari tahun 2022, dengan nilai 63,9 menjadi 66,7 pada tahun 2023.
Adain mengatakan bahwa kesadaran tentang cara membuat sumber daya manusia yang baik berbasis keluarga harus dibangun. Ia menekankan tiga tahap penguatan literasi: pertama, untuk membangun kesadaran tentang hubungan keluarga yang harmonis pada kelompok pranikah; kedua, untuk keluarga yang akan memiliki anak dengan memberikan edukasi melalui materi literasi yang tersedia; dan ketiga, untuk anak usia emas dari usia 0-6 tahun dengan memberikan stimulasi melalui kegiatan keluarga.
Selain itu, Din menyatakan bahwa Perpustakaan Nasional telah mengembangkan akses digital ke pengetahuan literasi keluarga melalui aplikasi seperti IPusnas dan Bintang Pusnas Edu. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas perpustakaan sekolah dan madrasah serta perguruan tinggi untuk mendukung program pendidikan bebas dan kampus bebas.
Program ini bertujuan mendukung transformasi perpustakaan inklusif sepanjang rentang usia, dari ibu hamil hingga usia lanjut, dengan mengedepankan literasi keluarga berbasis digital. Adain berpendapat bahwa membaca harus menjadi kebiasaan yang dilakukan melalui kesadaran, dan bahwa pemerintah harus bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menjadikan membaca budaya yang menyenangkan dan bermanfaat.