Presiden Mengungkap Perangkat Teknologi dan Komunikasi masih Didominasi Impor
Presiden Joko Widodo mengungkapkan bahwa perangkat teknologi dan alat komunikasi yang digunakan di Indonesia masih didominasi oleh barang-barang impor. Nilai defisit perdagangan dari sektor perangkat teknologi dan informasi mencapai 2,1 miliar dolar AS, setara dengan lebih dari Rp30 triliun.
“Impor juga masih mendominasi di permohonan uji perangkat. Data yang saya peroleh dari RRT (China) menunjukkan ada 3.046 perangkat, sedangkan yang berasal dari Indonesia hanya 632 perangkat. Ini sangat jauh sekali,” ujar Presiden Jokowi saat meresmikan IDTH di Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi (BBPPT) Tapos, Depok, Jawa Barat, Selasa.
Presiden mengaku prihatin bahwa Indonesia masih menjadi pengguna dari sektor perangkat teknologi dan informasi, belum mampu menjadi pemain pasar atau bagian dari rantai pasok.
Dalam satu bulan terakhir, Presiden juga menerima kunjungan dua CEO dari perusahaan teknologi global, yakni Tim Cook dari Apple dan Satya Nadela dari Microsoft. Dari pertemuan tersebut, terungkap bahwa dari 320 komponen perangkat yang diproduksi oleh Apple, Indonesia hanya memiliki dua pemasok komponen yang dapat diproduksi di dalam negeri. Sementara itu, negara tetangga seperti Filipina memiliki 17 pemasok komponen, Malaysia 19, Thailand 24, dan Vietnam 72.
Meskipun Indonesia memiliki PDB terbesar di Asia Tenggara, yakni sebesar 46 persen dari total PDB atau GDP negara-negara ASEAN, Presiden mengajukan pertanyaan mengapa Indonesia masih belum mampu bersaing secara signifikan dalam industri teknologi.
Presiden mendorong agar kemampuan industri dalam negeri dapat ditingkatkan sehingga Indonesia tidak hanya menjadi pengguna teknologi, melainkan juga bagian dari pasar dan pemain kunci dalam rantai pasok global.
Presiden juga mengingatkan agar berhati-hati dan waspada terhadap perkembangan produksi perangkat digital yang berkembang pesat. “Teknologi terus berkembang, setiap hari pasti ada perangkat teknologi baru yang mengubah cara kita bekerja, menawarkan kecepatan, dan efisiensi,” katanya.
Oleh karena itu, pelaku di sektor informasi dan teknologi diminta untuk memiliki keberanian dan menciptakan terobosan baru guna menghadapi tantangan ini.