Sosiolog Menggambarkan Pelaku Gotong Royong Seperti Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
Gotong Royong adalah Perilaku Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, menurut Dosen Sosiologi UI.
Kegiatan gotong royong, menurut Dr. Ida Ruwaida, M.Si, seorang dosen sosiologi di Universitas Indonesia (UI), mencerminkan perilaku pahlawan tanpa tanda jasa karena dilakukan tanpa berorientasi pada keuntungan pribadi, melainkan demi kepentingan publik.
Gotong royong, menurut Ida, adalah perilaku kerelawanan sosial yang berakar pada kepedulian dan bukan sekadar mobilisasi. Ia menjelaskan bahwa jika suatu pekerjaan dilakukan oleh masyarakat atas dasar insentif atau iming-iming, itu bukan lagi gotong royong karena menunjukkan adanya kebutuhan untuk dimobilisasi.
Menurut Ida, gotong royong adalah perilaku prososial yang mencerminkan kekuatan modal sosial suatu kelompok masyarakat dan dilakukan demi kepentingan lingkungan sekitar, bukannya untuk keuntungan pribadi atau imbalan.
Menurutnya, “Istilahnya mungkin seperti “pahlawan tanpa tanda jasa”. Jadi, kita melakukan sesuatu demi kepentingan orang banyak tanpa memikirkan apa sebetulnya keuntungan kita sendiri.”
Ia mengungkapkan keprihatinannya terhadap generasi muda yang cenderung bersikap acuh terhadap orang-orang di luar kelompoknya, tetapi tetap bersemangat dan gotong royong di dalam kelompoknya.
Ida mengatakan, “Sementara itu, gotong royong di kalangan mereka sendiri cukup baik, tapi persoalannya adalah bagaimana menjaga hubungan antara satu kelompok dengan yang lainnya di masyarakat.”
Ia menekankan penelitian yang dilakukan oleh Setara Institute yang menunjukkan bahwa banyak generasi muda telah kehilangan ikatan dengan prinsip-prinsip sejarah perjuangan tokoh-tokoh nasional. Menjelang Hari Pahlawan, Ida mengajak generasi muda Indonesia untuk menghidupkan kembali perilaku gotong royong dan kepedulian sosial, dengan memberikan prioritas pada masalah-masalah kontemporer seperti lingkungan.
Menurut Ida, masalah lingkungan dapat menjadi dasar pergerakan kaum muda, karena masalah ini akan berdampak pada mereka dan generasi berikutnya. Ia berharap kepedulian ini akan mendorong kerja sama lintas kelompok melalui partisipasi publik anak muda.