Tugas Pers dalam Meningkatkan Kematangan Pemilih
Media umumnya memiliki empat fungsi: informasi, pengawasan sosial, pendidikan, dan hiburan.
Fokus pers tetap pada penyebaran informasi, pengawasan, pendidikan, dan hiburan dalam menghadapi perhelatan tahunan setiap lima tahun, Pemilu 2024.
Pers harus mengawasi berbagai aspek kehidupan, termasuk urusan nasional dan internasional, baik oleh pemerintah maupun sektor swasta. Mereka juga harus memainkan peran pengawasan dan pendidikan, serta menyediakan hiburan dan informasi untuk mencegah pemikiran sempit.
Selama Pemilu, yang biasanya berpusat pada pemilihan presiden dan wakil presiden, media harus terus-menerus memainkan peran pendidikan dengan mengingatkan masyarakat, para peserta, partai politik, dan pendukung mereka untuk menjalankan Pemilu secara aman, damai, dan tentu saja jujur.
Salah satu tugas pers, menurut Wakil Ketua Bidang Organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur, Machmud Suhermono, adalah mengajarkan pemilih agar memahami proses pemilu dan berpikir secara rasional, serta tidak mudah terprovokasi, terutama dalam hal penyebaran berita palsu atau hoaks.
Sebagai bagian dari program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL), LKBN ANTARA mengadakan pelatihan wartawan dengan tema “Menjaga Kode Etik Jurnalistik dalam Mengantisipasi Potensi Hoaks Menghadapi Tahun Politik” di Kafe Antara Biro Jatim, Surabaya, pada Selasa, 24 Oktober 2023. Dijelaskan bahwa pentingnya peran media massa harus selalu diingat, terutama menjelang tahun politik 2024.
Wartawan dan pekerja media harus tetap netral, begitu pula pemimpin dan pemilik lembaga pers. Jika seorang wartawan, pemimpin media, atau pemilik media memihak salah satu kontestan pemilu, maka mereka tidak akan memperlakukan calon-calon lainnya dengan cara yang sama.
Media dan wartawan yang independen dapat melakukan pekerjaan pendidikan dengan mengajarkan pemilih bagaimana menangani informasi yang tersebar luas.
Media sosial yang marak saat ini dapat memengaruhi sikap dan perilaku masyarakat, terutama dalam hal berita hoaks. Oleh karena itu, media harus mengingatkan masyarakat agar tidak mudah percaya pada informasi yang tidak divalidasi, terutama jika informasi tersebut menjelek-jelekkan kandidat tertentu.
Sangat penting untuk mengingatkan masyarakat bahwa persatuan bangsa ini telah dibangun dengan banyak pengorbanan oleh para pendahulunya, dan informasi palsu dapat merusaknya.
Media sosial memiliki pengaruh besar dan informasi menyebar dengan cepat ke kehidupan pribadi orang-orang saat ini. Karena itu, media sosial memainkan peran penting dalam mengajak masyarakat untuk selalu memverifikasi informasi yang mereka terima.
Ketika datang ke setiap masalah, prinsip dasar yang harus dipegang oleh wartawan adalah bahwa mereka harus memiliki keraguan dan skeptisisme terhadap kebenaran informasi. Seperti halnya tanggung jawab wartawan untuk memverifikasi informasi yang mereka terima agar mereka dapat yakin bahwa itu benar, masyarakat juga seharusnya melakukan hal yang sama.
Jika masyarakat bertindak sebagai “wartawan” dalam menyebarkan berita melalui media sosial, mereka juga harus mengikuti standar dan praktik yang digunakan oleh “netizen”.
Setiap kali informasi ditemukan yang dapat menyebabkan perpecahan atau konflik antara kelompok, anggota masyarakat harus secara cermat memeriksa dan memeriksa informasi tersebut, serta mencari informasi tambahan yang dapat memberikan perspektif lebih luas. Masyarakat harus dapat mengkonfirmasi informasi hoaks yang disediakan oleh pemerintah, terutama Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Pers juga bertanggung jawab untuk memberi tahu masyarakat tentang jenis informasi yang dianggap hoaks, terutama yang mengandung tuduhan buruk tentang kandidat tertentu. Mereka juga harus memberi tahu masyarakat agar berhati-hati terhadap cerita yang mencoba menggunakan agama untuk menyudutkan orang lain.
Media harus terus mendorong masyarakat untuk lebih cerdas agar mereka tidak terjebak dalam sikap terlalu percaya terhadap informasi yang berasal dari media sosial daripada informasi yang dikonfirmasi oleh media.
Media sosial tidak dapat menghasilkan berita yang akurat. Oleh karena itu, tanggung jawab wartawan adalah mengklarifikasi informasi yang akan disiarkan di media mereka.
Pers harus bertindak sebagai sumber.
acuan yang akurat bagi masyarakat yang mungkin bingung dengan informasi yang beredar di media sosial. Pers tidak boleh membiarkan masyarakat dalam kebingungan oleh informasi yang hanya menguntungkan pembuatnya, tanpa fakta yang mengimbanginya. Media harus tegas dalam memilih berita dengan tetap mempertahankan prinsip konfirmasi.
Pers, baik manajemen media maupun wartawan, harus belajar untuk tetap netral dan tidak memihak kepada satu pihak sebelum menjadi pemandu bagi pembaca. Jika mereka tidak dapat mempertahankan sikap netral, sebaiknya mereka tidak menjadi bagian dari dunia jurnalistik. Wartawan seperti itu harus mencari pekerjaan lain, berpartisipasi dalam partai politik, atau mendukung calon tertentu.
Jika jurnalistik ingin tetap netral, itu harus dilakukan dengan adil dan berani agar tidak melanggar prinsip jurnalistik yang harus mengutamakan kepentingan umum bangsa dan negara daripada kepentingan kelompok tertentu.
Seorang wartawan senior, Parni Hadi, menggambarkan profesi jurnalistik sebagai tugas kenabian untuk selalu menyampaikan kebenaran dan kebajikan kepada masyarakat. Semua ini dilakukan untuk kepentingan bersama bangsa ini, menjaga kerukunan, kedamaian, dan kemakmuran secara konsisten.