Denpasar – Ketua Kelompok Pembudidaya Karang Hias Nusantara (KPKHN) Agus Joko Supriyatno mengatakan bahwa saat ini Amerika menjadi pasar utama dari ekspor karang hias Indonesia.
“Kalau sekarang pasar paling besar (peminat karang hias Indonesia, Red) Amerika, selanjutnya Eropa, dan Asia misalnya Hong Kong dan Singapura cukup besar,” kata Agus Joko, di Denpasar, Senin.
Di sela-sela Rakernas KPKHN 2023 yang berlangsung di Bali, Agus menyampaikan bahwa minat penduduk Amerika membeli karang hias Indonesia tinggi, bahkan rata-rata satu kali pengiriman mendapat penghasilan 12 ribu dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp180 juta (dengan kurs rupiah 15.000).
“Itu jenisnya (karang hias) macam-macam sesuai order, dan apa yang kita punya kita tawarkan agar mereka memilih, dengan harga per jenis rata-rata 20 dolar Amerika per ekor, tapi ada yang lebih tinggi jenis-jenis tertentu,” ujarnya.
Untuk jenisnya, Agus mengatakan minat di pasaran akan selalu berubah sesuai tren, di mana saat ini pelanggan Amerika sedang menggemari jenis Euphyllia atau lebih dikenal Torch Gold.
Jenis tersebut diketahui banyak tumbuh di pantai sekitar Nusa Lembongan, Gilimanuk dan Banyuwangi karena memiliki ciri tumbuh di laut dalam.
Tren karang hias sendiri, kata dia, umumnya berubah sesuai kreatifitas dan inovasi para pengusaha dalam mengembangkan produk, namun untuk minat pembeli di Amerika disebut-sebut selalu tinggi karena bagi mereka memelihara koral di akuarium adalah hiburan yang menjadi kebutuhan pokok.
Raden Agus Budi Santoso dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali selaku otoritas manajemen menambahkan bahwa saat ini saingan utama Indonesia dalam ekspor karang hias adalah Australia.
“Kita punya saingan cukup besar secara potensi itu adalah Australia, hanya dia untuk bisnis karang hias kurang berkembang, ini kesempatan Indonesia jadi pemimpin pasar di bidang karang hias, di samping kita jenisnya lebih beragam,” kata dia.
Raden menuturkan saat ini di Indonesia khususnya Bali sebagai kawasan dengan usaha budi daya karang hias terbesar di Indonesia memiliki sekitar 320 jenis karang.
Namun, hanya 72 jenis diantaranya yang dibudidaya berdasarkan minat pasar dengan lokasi paling banyak di Kawasan Pulau Serangan Denpasar, Nusa Lembongan, Pantai Pandawa, pantai di Buleleng, Gilimanuk, dan Candidasa.
“Biasanya yang dicari yang warnanya bagus, punya ciri khas semakin warnanya mencolok seperti punya empat warna itu makin dicari pasar, sehingga dibudidayakan,” katanya pula.
Dalam proses budi daya karang hias yang diminati masyarakat luar negeri ini terdapat tiga klasifikasi berdasarkan waktu tumbuh, mulai dari yang cepat tumbuh dinamai bintang satu, menengah atau bintang dua, dan tumbuh lama itu bintang tiga.
“Kalau bintang satu hari ini ditanam mungkin 2-4 bulan sudah bisa diekspor, kalau bintang dua setengah tahun, kalau bintang tiga lebih dari setahun,” kata Raden.
Untuk penanamannya, karang hias tumbuh menggunakan media meja dengan satu mejanya berisi 100 ekor koral, namun pada akhirnya saat pengusaha hendak melakukan ekspor, pemerintah mewajibkan untuk mengembalikan 5 persen karang hias ke laut untuk budi daya.