Pada semester I tahun 2023, PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPN Syariah) mencatatkan laba bersih setelah pajak sebesar Rp753 miliar.
“Alhamdulillah, kinerja kami tetap positif, meski menghadapi kondisi yang cukup menantang terutama dalam pemulihan dan perbaikan kebiasaan nasabah ultra mikro,” kata Fachmy Achmad, direktur BTPN Syariah, di Jakarta, pada hari Jumat.
Ia harus mempertimbangkan fakta bahwa laba bersih setelah pajak menurun sebesar 12 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (tahun ke tahun/tahun terakhir), sebesar Rp856 miliar.
Peningkatan beban pencadangan perusahaan sebesar 76% (yoy) dari Rp365 miliar menjadi Rp642 miliar pada semester pertama tahun 2023 menyebabkan penurunan laba bersih.
Fachmy menjelaskan bahwa peningkatan pencadangan ini dilakukan karena perusahaan melihat kondisi pelanggan saat ini lebih sulit dan sebagai antisipasi kondisi yang mungkin buruk pada tahun depan.
“Pencadangan kami persiapkan dari sekarang supaya kami memiliki cadangan jika nasabah mengalami kesulitan di tahun 2024,” katanya.
Secara keseluruhan, Fachmy menyatakan bahwa pada paruh pertama tahun ini, pendapatan margin BTPN Syariah meningkat sebesar 10% (yoy) dari 2,57 triliun menjadi 2,8 triliun, dan beban margin meningkat sebesar 45% (yoy) dari 162 miliar menjadi 235 miliar.
Oleh karena itu, pendapatan margin bersih emiten dengan kode saham BTPS meningkat sebesar 8% (yoy) dari Rp2,4 triliun menjadi Rp2,59 triliun.
Rasio kecukupan modal (CAR) Bank BTPN Syariah masih berada di atas standar industri bank syariah, pada level 46,72 persen.
Sampai pertengahan tahun ini, total aset BTPS berjumlah Rp21,26 triliun, dan dana pihak ketiga (DPK) masih berada di level efisien sebesar Rp12,38 triliun.