Modernisasi Alutsista : TNI AU Akan Tambah Radar dan Alutsista Baru
Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Mohamad Tonny Harjono menegaskan bahwa modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) akan terus dilakukan oleh TNI AU untuk menjaga keamanan kawasan udara Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pernyataan ini disampaikan setelah upacara peringatan Hari Bakti ke-77 TNI AU di Lapangan Dirgantara AAU, Yogyakarta, pada Senin (29/7).
Penerimaan dan Rencana Pengadaan Alutsista
TNI AU baru-baru ini menerima delapan unit pesawat H225 Caracal dan lima pesawat transport Super Hercules C-130 tipe J. KSAU mengungkapkan bahwa proses pengadaan pesawat Boeing masih berlangsung, dengan rencana untuk mendapatkan dua unit lagi. Selain itu, pesawat H225 Caracal yang baru diterima juga akan ditambah dengan varian konfigurasi VIP di masa depan. “Delapan unit H225 yang diterima saat ini merupakan konfigurasi kargo, dan yang berikutnya akan dirancang untuk VIP,” jelas KSAU.
TNI AU juga merencanakan kedatangan pesawat tempur Rafale buatan Prancis secara bertahap mulai awal tahun 2026, dengan target akhir mencapai 42 pesawat. Selain itu, pesawat nirawak CH-4 buatan Tiongkok dan Anka buatan Turki akan turut memperkuat kekuatan udara TNI AU.
Pembaruan dan Peningkatan Sistem Radar
TNI AU juga telah melakukan pembaruan pada berbagai jenis pesawat tempur, termasuk F-16 dan Sukhoi. KSAU berharap semua pesawat dapat di-upgrade sepenuhnya pada akhir tahun ini. Untuk mendukung sistem pertahanan udara, TNI AU akan mendatangkan 25 radar pertahanan udara baru, di mana 13 unit berasal dari perusahaan Thales, Prancis, dan 12 unit dari Excalibur Army, Ceko.
Sebagian dari radar baru ini akan menggantikan radar yang teknologinya sudah usang, sementara sebagian lainnya akan dipasang di daerah yang sebelumnya belum terjangkau radar pertahanan udara. “Ke depan, tidak akan ada lagi area di Indonesia yang tidak ter-cover radar. Semua pergerakan pesawat yang masuk ke wilayah Indonesia akan terpantau secara menyeluruh,” tegas KSAU.
Tantangan dan Adaptasi TNI AU
KSAU juga menyoroti kompleksitas tantangan dalam perang modern yang semakin meningkat akibat dinamika geopolitik global, perkembangan teknologi disruptif seperti lethal autonomous weapon systems, dan pemanfaatan teknologi kuantum untuk pertahanan. Ancaman perang non-tradisional, meskipun tidak melibatkan senjata langsung, juga memiliki dampak signifikan terhadap kestabilan negara.
“Menghadapi tantangan ini, TNI AU perlu terus beradaptasi melalui pengembangan kapabilitas dan peningkatan profesionalisme. Dengan dukungan pemerintah, TNI AU akan terus melaksanakan modernisasi alutsista dan fokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia,” ujar KSAU.
Mengakhiri pernyataannya, KSAU menegaskan keyakinannya bahwa dengan meneladani patriotisme para pendahulu Angkatan Udara, TNI AU akan mampu menjadi Angkatan Udara yang adaptif, modern, profesional, unggul, dan humanis, demi mewujudkan Indonesia yang maju.