Puskesmas di Jakarta Selatan Menyediakan Layanan Upaya Berhenti Merokok.
Sebagai upaya untuk mengurangi prevalensi penyakit paru-paru di wilayah tersebut, Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan (Jaksel) menawarkan layanan upaya berhenti merokok (UBM) di beberapa puskesmas di daerah tersebut.
Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan, Yudi Dimyati, mengatakan pada hari Kamis bahwa layanan di puskesmas termasuk konseling, tes keadaan paru-paru, dan terapi menggunakan obat-obatan.
Yudi menjelaskan bahwa mengubah kebiasaan merokok memerlukan waktu yang cukup lama agar tidak lagi tergantung pada rokok, dan salah satu langkahnya adalah menjalani terapi berulang hingga berhasil berhenti merokok.
Yudi sering bertemu dengan pasien lansia berusia 40 tahun ke atas untuk pemeriksaan paru-paru menggunakan layanan UBM karena kunjungan pasien yang intens.
Dia menyatakan bahwa layanan ini, yang dilengkapi dengan alat untuk pemeriksaan kadar oksigen paru-paru, tersedia di seluruh puskesmas di kecamatan.
Yudi berharap layanan ini akan membantu orang yang merokok berhenti merokok dan lebih memperhatikan kesehatan mereka.
“Mereka dapat menjadi lebih produktif dalam pekerjaan dan aktivitas sehari-hari dengan berhenti merokok,” katanya.
Menurut dr. Sita Laksmi Andarini, Ph.D., Sp.P(K), Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), pasien kanker paru di Indonesia rata-rata 10 tahun lebih muda daripada pasien di luar negeri.
Dia mengklaim bahwa hal ini disebabkan oleh fakta bahwa orang Indonesia mulai merokok pada usia yang lebih muda.
Selain faktor genetik, polusi udara, dan rokok, rokok adalah salah satu faktor risiko kanker paru-paru.
Data dari Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) tahun 2021 menunjukkan bahwa kanker paru-paru adalah jenis kanker yang paling sering menyebabkan kematian di Indonesia.
Sita mengingatkan bahwa selain berbahaya bagi perokok aktif, asap rokok juga berbahaya bagi orang lain, dikenal sebagai “Second Hand Smoke” (SHS).